Iklim di Las Vegas sebagian besar kering dan gersang, dengan musim panas yang terik dan musim dingin yang tidak terlalu ekstrim. Kota ini menerima sangat sedikit curah hujan dan biasanya berlangsung cepat.
Sejak Sammy menginjakkan kakinya di Las Vegas dua tahun yang lalu, hujan yang turun bisa terhitung jari.
Termasuk gerimis malam tadi.
Itu hujan ke sepuluh yang terjadi di Las Vegas selama Sammy tinggal di kota dosa itu. Selebihnya hanya salju yang turun itupun tidak pernah berlangsung lama.
Harusnya intensitas terjadinya hipotermia pada seseorang di Las Vegas itu kecil kecuali orang itu memang pernah mengalami hal semacam itu sebelumnya.
Semalaman Sammy tidak bisa tidur karena dia terlalu mengkhawatirkan kondisi Rheyna. Terlebih dengan perasaan aneh yang terus melandanya saat dia harus berada begitu dekat dengan seorang perempuan.
Sebuah perasaan ingin melindungi. Jantung yang berdebar lebih kencang serta hadirnya getaran-getaran tak biasa yang menjalar di sekujur tubuhnya, membuat Sammy sulit memejamkan mata.
Itulah sebabnya, pagi ini Sammy malah ketiduran di Sofa ruang tamu.
Saat dirinya terbangun, cuaca di luar sudah terang benderang.
Sammy mengucek mata dan menguap lebar. Dengan kepala yang sedikit pening, lelaki itu bangkit dari sofa dan seketika sebuah suara isak tangis seseorang tertangkap indra pendengarannya. Arahnya dari kamar mandi.
Sammy buru-buru bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur.
Suara tangis itu semakin jelas terdengar dan benar asalnya dari dalam kamar mandi.
"Rheyna? Rheyna? Kamu di dalam?" panggil Sammy sambil mengetuk pintu.
Dalam sekejap suara tangisan itu hilang. Dan tak lama pintu terbuka.
Rheyna keluar dengan kepala tertunduk. Gadis itu mengenakan pakaian Sammy dengan rambut yang terlihat basah.
"Kamu mandi? Memang tidak dingin?" tanya Sammy masih dengan ekspresi khawatirnya.
Rheyna menggeleng masih dengan kepala yang tertunduk. Ke dua tangannya mengepal ujung-ujung kaos yang dia pakai.
"Kenapa menangis?" tanya Sammy lembut.
Bukannya menjawab, Rheyna kembali terisak. Membuat Sammy jadi serba salah.
"Kamu lapar? Atau, tidak enak badan? Mau aku antarkan periksa?" tanya Sammy lagi.
"Aku tidak apa-apa," jawab Rheyna lirih.
"Lalu kenapa menangis?" cecar Sammy penasaran.
Rheyna mendongakkan kepala dengan air matanya yang masih berlinang di pipi. Ke dua pipi mulus yang tampak merona.
"A-aku..." ucap Rheyna terbata dan terlihat ragu.
Sammy menyentuh bahu gadis itu. "Katakan saja, jangan takut. Kamu membutuhkan sesuatu?"
Seketika ke dua bola mata bulat Rheyna mengerjap dibarengi dengan anggukan kepala gadis itu. Sepulas senyum hadir di sudut bibirnya yang tipis menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURONAN (End)
RomanceTentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Sammy adalah mantan perwira militer yang dipecat secara tidak hormat akibat fitnah keji seseorang yang kemudian menjebloskannya...