Hari ini Sammy pergi pagi-pagi sekali.
Dia berencana untuk menjenguk Kakek di rumah sakit, lalu bertemu dengan Ricky untuk membicarakan masalah yang kemarin belum sempat Sammy bicarakan dengan Ricky karena dia masih dilema.
Tapi hari ini, Sammy yakin untuk mengutarakan niatnya itu, dia tidak akan menundanya lagi.
Kata dokter di rumah sakit, keadaan Kakek sudah jauh lebih baik dan Sammy lega mendengar hal itu.
Sepulangnya dari rumah sakit, Sammy dan Ricky bertemu di stasiun kereta bawah tanah.
Sammy memberikan tas mini berisi barang-barang berharga milik Rheyna pada Ricky.
"Setelah aku cek ulang, ternyata di dalam tas itu ada dua kartu tanda pengenal. Dua-duanya memakai foto Rheyna dengan penampilan berbeda, yang satu asli dan yang satu kartu identitas palsu. Paspor dan Visanya juga sama beridentitas palsu. Itu artinya identitas asli Rheyna di Amerika memang sebenarnya tidak ada," jelas Sammy saat mereka duduk di bangku tunggu stasiun.
Kening Ricky berkerut samar. Masih dengan tangan dan tatapan yang tertuju pada beberapa lembar kartu di dalam tas milik gadis bernama Rheyna itu. "Lalu kenapa si tua bangka Seth melaporkan Rheyna memakai nama asli?" kata Ricky kemudian.
"Itu dia yang aku khawatirkan, bisa-bisa pemerintah Amerika semakin yakin kalau Rheyna itu teroris, secara di KTP asli dia beragama Islam, sementara di KTP palsu dia beragama katolik. Asal negaranya juga berbeda. KTP asli Rheyna berasal dari Indonesia, tapi di KTP palsunya, Rheyna berasal dari Pakistan,"
Sejenak Ricky berpikir. "Kau sadarkan Sam, kalau sekarang ini, kita sedang berurusan dengan bahaya? Menampung Rheyna di flatmu kupikir itu bukan keputusan yang tepat Sam? Kalau sampai polisi tahu keberadaan Rheyna dan ikut melacak identitasmu yang sebenarnya, habis kita Sam!" ujar Ricky yang terlihat khawatir.
Sammy menghela napas berat dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Aku sudah memperhitungkan semuanya, kau tidak perlu khawatir, yang aku butuhkan sekarang, bagaimana caranya Rheyna mendapat kartu identitas baru, serta Paspor dan Visa baru agar dia bisa kembali ke Indonesia," tambah Sammy dengan pikirannya yang menerawang.
Sammy ingin mengabulkan keinginan Rheyna meski semua itu terasa tidak masuk akal karena posisi mereka yang serba sulit.
Hidup di negeri orang dengan identitas berbeda dan menjadi buronan polisi setempat.
Hal itu jelas tidak mudah untuk dilalui.
Kesunyian sempat menaungi kedua lelaki itu yang larut dalam pikiran masing-masing, sampai akhirnya Ricky kembali buka suara.
"Aku bisa saja meminta tolong pada Tuan Ahmed untuk membuatkan apa yang kau butuhkan tadi, tapi..." Ricky menggantung kalimatnya.
Sekelebat ingatan tentang ucapan Sammy kemarin terbayang dalam benaknya.
"Aku ingin berhenti menjadi pembunuh, Rick..."
Masalah ini memang agak sensitif untuk dibicarakan karena Ricky tak ingin luka lama Sammy terungkit. Tapi mau tidak mau, Ricky harus membahasnya lagi, setidaknya hanya sekedar memastikan kembali keputusan Sammy atas ucapannya kemarin.
"Kau serius dengan ucapanmu kemarin untuk berhenti menjadi pembunuh?" tanya Ricky hati-hati.
"Masalah itu, aku mungkin harus menundanya setelah urusanku dengan Tuan Ahmed selesai," kata Sammy pelan.
Ricky menatap Sammy lekat.
Keyakinannya semakin berlipat ganda bahwa sosok Sammy yang dulu perlahan mulai kembali.
Ricky tahu betul, alasan kenapa Sammy memutuskan menjadi seorang pembunuh bukan semata karena uang.
Tapi ada hal lain yang seolah ingin Sammy buang jauh-jauh dari dalam dirinya akibat kekecewaannya yang mendalam atas semua kejadian menyakitkan yang telah dialami sahabatnya itu di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURONAN (End)
RomansaTentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Sammy adalah mantan perwira militer yang dipecat secara tidak hormat akibat fitnah keji seseorang yang kemudian menjebloskannya...