Epilog

4.4K 664 272
                                    

Jihoon POV

"Aku janji, bakal bikin suasana rumah kamu makin membaik. Jadi, begitu kamu pulang nanti, kamu gak bakal ngerasa males pulang ke rumah. Kamu gak perlu nginep di rumah Jaemin lagi dan gak perlu tidur di gudang komplek yang dingin lagi. Tapi kamu harus janji, begitu kamu pulang nanti, belajar buat sering-sering peluk mama kamu. Percaya atau engga, beliau suka banget pelukan dari kamu."

Andai gadis lugu itu tau, betapa terusiknya aku karena ucapan tulusnya hari itu. Dia sama dengan kedua orang tuanya—hangat dan penuh kasih sayang.

"Ngapain ngikutin aku?"

"... Pergi sana!"

Hari itu dia marah, gara-gara aku memberitahu Jaemin bahwa selama ini diam-diam dia menyimpan rasa untuk Jaemin.

Aku menunggunya di koridor, lalu mengekorinya sampai ke halte. Walau hari itu aku juga marah, aku mana bisa membiarkan dia pulang sendirian setelah kejadian dia dikeroyok musuh-musuhku.

Gadis itu rapuh. Tak berdaya. Kesusahan untuk bersosialisasi. Tak mampu melindungi dirinya sendiri. Selalu ditindas di sekolah, ditambah lagi dia harus menerima fakta bahwa perasaannya pada Jaemin bertepuk sebelah tangan. Gadis itu, entah berapa kali aku melihatnya menangis, entah berapa kali aku membuatnya menderita dan kesusahan karena terpaksa hidup dalam ragaku, semua itu membuatku merasa benar-benar ingin melindunginya.

Aku pikir awalnya hanya sebatas itu.

Waktu itu, aku mencari cara bagaimana agar dia tak merasa kesal dan marah lagi padaku. Ditambah lagi, waktu itu dia melihat Jaemin membonceng Karina. Aku mana tega, melihat tatapan sedih yang berusaha dia sembunyikan.

Aku kembali ke sekolah, berlari secepat mungkin untuk menemui Noa. Aku terpikir untuk meminjam motornya. Sebelum berlari kembali ke halte dengan motor Noa, aku meminjam helm pink milik Somi tanpa bilang-bilang—Noa menyebutnya nyolong.

Cepat-cepat aku melesat kembali ke halte dengan motor milik Noa, berharap Selli masih di sana. Dan keberuntungan ada di pihakku. Gadis itu masih berdiri di halte, dia bersorak takjub waktu melihatku datang dengan motor milik Noa. Mungkin lebih tepatnya dia merasa takjub melihat raganya kelihatan keren karena mengendarai motor sport.

"Kamu ... mau ngerusak imej diri sendiri? Gak masalah kalau nanti ada yang liat kamu pake helm pink?"

Tanyanya, waktu aku memerintahnya untuk memakai helm pink milik Somi yang aku curi sebentar.

"Astaga!!! Kenapa gua gak kepikiran sih! Gua mikir yang bakal pake ini tuh lo. Kenapa gua gak kepikiran bahwa lo lagi kejebak di raga gua!"

Waktu itu, aku berlagak lupa. Berlagak bahwa aku lupa bahwa Selli sedang terjebak dalam ragaku, yang artinya helm pink itu akan dipakai di kepalaku, bukan kepalanya. Padahal aku sengaja. Aku meminjam helm pink Somi karena, pertama, Selli menyukai warna pink. Dan kedua, aku telah merencanakan ini, pura-pura malu melihat diri sendiri memakai helm pink, padahal aku sengaja dengan tujuan ingin membuatnya tertawa.

Rencanaku terbukti berhasil.
Dia terlihat menahan tawa, seperti ingin tertawa terbahak-bahak melihatku bertingkah seakan ingin menangis gara-gara helm pink. Tapi dia menahan tawanya, karena masih ngambek padaku.

"Ke mana?"

Tanyanya, waktu aku mengajaknya pergi dengan motor Noa. Walau dia masih berlagak cemberut, dia keliatan senang diajak pergi naik motor. Dan di sepanjang jalan aku membawanya ke tempat rahasia yang tak aku sebutkan, dia tersenyum menatap jalanan yang kami lalui.

Senyumnya membuatku tiba-tiba merasa, bahwa aku akan rela melakukan apapun untuk membuatnya terus tersenyum seperti itu.

Aku mengajaknya pulang ke rumah orang tuanya. Satu-satunya tempat yang aku rasa paling bisa membuatnya bahagia, setelah semua hal menyedihkan yang harus dia alami selama jiwa kami tertukar.

T E R T U K A R || Park Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang