****
Saat itu Alin sedang berjalan menyusuri koridor kampus menuju ke kelasnya. Namun langkah Alin terhenti saat sebias suara menyebutkan namanya.
"Alin!"
Alin sepertinya mengenal itu suara siapa. Meskipun sudah lumayan lama dirinya tak pernah lagi mendengarkan suara itu, namun Alin masih mengingat betul suara itu milik siapa. Hantu itu?
Seketika bibir Alin terangkat menjadi sebuah senyuman. Dia menepati janjinya. Dia kembali? Benarkah? Aku tidak sedang berhalusinasi karena terlalu merindukan hantu itu, 'kan?
Sebenarnya diri Alin tidak berniat untuk berbalik, karena Alin kira itu juga percuma, toh dia juga tidak akan ada wujudnya. Tapi ... niatnya ia urungkan karena saat itu juga bahunya ditepuk oleh seseorang. Dan itu terpaksa membuat Alin membalikkan badan badannya.
"Alin, saya kangen sama kamu."
Jangan tanyakan bagaimana ekspresi wajah Alin sekarang. Terkejut? Tentu saja.
'Apakah dia hantu itu? Kenapa aku bisa melihat wujudnya? Aku masih hidup, 'kan? Aku belum mati, 'kan?' Batin Alin bertanya-tanya dengan kondisi tubuhnya yang kaku dan tangan bergetar.
Dia tersenyum untuk Alin. Alin tidak berbohong, senyumnya sangat-sangat manis. Astaga jantungku? Kau masih berdetak, 'kan?
"Alin. Hey! Kamu kenapa? Kau baik-baik saja?" Dia mengguncangkan tubuh Alin pelan, supaya dirinya tersadar dari lamunannya.
"H-hah? A-aku kenapa?"
"Kenapa kamu malah bertanya kepadaku?"
"Eh! Ti-tidak apa-apa," balas Alin kikuk masih dengan menatap orang itu dengan tatapan terkejut.
Alin langsung mengalihkan padangan ke arah lain, dan langsung memeriksa detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Alin ...?"
Alin berhasil dibuat gelagapan kembali, "y-ya?"
"Kamu tidak rindu saya?"
Saat itu juga muncul di area dahi Alin. "Ka-kau ini siapa? Aku tidak mengenalmu."
"Kamu melupakan saya?"
Apa ini? Sebenarnya laki-laki tampan yang ada di depannya ini siapa? Kenapa dia sangat mirip dengan hantu itu? Tapi kenapa aku dapat melihat wujudnya?
Alin berdehem untuk menetralkan rasa gugup yang kini tengah menyerangku, "sebenarnya kau ini siapa? Ke-kenapa suara dan gaya bicaramu sangat mirip dengan hantu itu?"
Dia tersenyum lagi kepada Alin, namun kini bedanya senyumnya sangat lebar hingga memperlihatkan deretan giginya dan sebuah gigi gingsulnya. Lalu tangannya beralih mengusap lembut kepala Alin, "ternyata kamu tidak melupakanku."
Seketika mata Alin membola, dugaannya tidak salah. Dia ... memang benar hantu itu.
"Benarkah? Kau dia? Hantu itu?"
Laki-laki yang ada di depannya itu menanggapi pertanyaan Alin dengan anggukan, lalu tersenyum lagi kepadanya.
"Apakah aku sudah mati?"
Laki-laki itu sedikit mengernyit lalu menggeleng.
"Sebentar ...." Alin mencoba menampar salah satu pipinya sendiri,"akhh ... sakit! Berarti aku tidak sedang bermimpi." Matanya beralih menatap netra laki-laki tersebut, "ini nyata?"
Dia tersenyum kembali, lalu mengangguk. Sialan! Jika dia terus tersenyum seperti itu, bisa-bisa aku bisa mati di tempat.
Alin langsung menutup mataku rapat-rapat, dan laki-laki tersebut berhasil dibuat heran oleh perilaku Alin.
"Hei! Ada apa?" tanyanya heran dengan menepuk pelan pundak Alin.
Alin langsung mengibaskan tangannya yang tadi berada di pundaknya. "Jangan tersenyum!"
"Kenapa?"
"Kubilang jangan tersenyum!"
Laki-laki itu menatap Alin heran, namun akhirnya ia meng-iyakan perintah Alin. "Baiklah, aku sudah tidak tersenyum. Sekarang buka matamu itu."
Alin sedikit mengintip dari sela-sela jarinya, saar melihat ekspresi wajahnya tidak tersenyum atau lebih tepatnya kebingungan, Alin memberanikan diri untuk bertatap muka dengannya lagi.
"Kamu ini kenapa? Kamu baik-baik saja, 'kan?"
Alin langsung menggeleng kuat, menandakan kalau aku ini sedang tidak baik-baik saja. Jangan tanya mengapa. Karena kalian tidak tahu bagaimana keadaan jantungku sekarang.
Laki-laki itu pun langsung mengecek dahi Alin. Tidak panas, lalu kenapa Alin bilang dia tidak baik-baik saja?
"Tapi, kamu kelihatan baik-baik saja. Dahimu juga tidak panas."
Tangan Alin beralih memegang dadanya "Bukan di situ, tapi di sini. Jantung Alin berdetak sangat cepat saat kau tersenyum. Apakah sebentar lagi aku ...." Seketina mata dan mulut Alin membola akibat terkejut, "terkena serangan jantung?"
Alin kini mulai panik sendiri. "Ce-cepat bawa aku ke rumah sakit terdekat. Sebelum aku mati di tempat. Cepat bawa aku rumah sakit!"
Laki-laki tersebut berhasil dibuat tertawa lepas karena melihat tingkah Alin yang sangat konyol. Namun Sepuluh detik setelahnya laki-laki itu juga berhasil dibuat panik oleh Alin karena dia pingsan di tempat, dan itu disebabkan oleh tawa laki-laki itu yang membuat Alin kehabisan oksigen.
*********
Note: Aku bayangin hantunya pas senyum itu Lee Jong Suk, njir. Sumpah manis banget, gegara aku juga lagi maraton drama korea W Two Words😭.
Aduh, aneh ya? Yaudah maap😹🙏
Karena udah selesai nulis part ini, we mau lanjut maraton drakor dululah😂.
Sekian terimakasih karena sudah mau baca bacotan we😀.
Thankyou buat kalian yang masih jadi pembaca setia ceritaku:"
Tinggalkan biaya parkir gratis🤭
Tekan vote🌟🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicintai Hantu Tampan
Fantasy"om siapa?" Dah jangan basa-basi😭 Ayok langsung baca aja🍫🍫 Happy reading🥳🥳 Mohon tinggalkan jejak di setiap part😁😁😁