part 12 [pasar malam]

1.3K 120 13
                                    


Jangan lupa vote!
Tandai Typo!!!!!!

***


 Alin sedang berada di dalam taksi yang sedang menuju ke rumahnya. Setelah dirinya sadar dari pingsan, Alin langsung memaksa untuk pulang dia tidak ingin berlama-lama lagi di sana, karena setelah kejadian pria itu melamarnya ... eh! Apakah itu dapat disebut lamaran? Entahlah yang penting setelah kejadian itu, Alin langsung merasa canggung berada di sana. Dan jadilah dirinya memutuskan untuk segera pulang. Awalnya pria itu memaksa agar mengantar dirinya, dan tentu saja Alin langsung menolaknya. Takutnya nanti ... dirinya akan pingsan untuk yang ketiga kalinya. 


Sekarang hari sudah malam. Alin tadi pingsan terlalu lama, bukan pingsan saja sepertinya, tetapi dia tertidur juga. Kalian pasti tau kan jika tidur dengan keadaan perut kenyang, kita bisa tidur lebih lama dari biasanya. 


Astaga Alin baru menyadari ternyata dirinya seharian ini berada di rumah seorang pria, apalagi mereka sedari tadi hanya berdua saja. 

Meskipun dirinya sudah terbiasa juga bermain ke rumah seorang pria seperti Bara, namun tidak pernah sama sekali jika hanya berdua saja, karena di rumah Bara pasti ada seseorang entah itu ibunya atau bibi yang bekerja sebagai pembantu di rumah Bara. 


Astaga, dirinya jadi takut untuk ke sana lagi. 

Tapi kalau terpaksa dia tidak masalah, mungkin. Hehe. 


Taksi yang Alin tumpangi kini sudah berhenti tepat di halaman rumah Alin. Alin pun langsung membayar lalu turun. 


Saat Alin ingin membuka gerbang, terlihat sebuah motor sport berhenti di depannya. Alin kira laki-laki yang sedang mengendarai motor itu siapa, tapi setelah pemilik motor membuka helmnya barulah Alin melihat wajahnya dan ternyata itu adalah Bara. 


"Bara ngapain malem-malem ke rumah Alin?"


Bara merapikan rambutnya yang berantakan. "Main. Boleh, 'kan?"


"Boleh dong." Alin tersenyum penuh arti, "tapi mana dulu makanannya?" 


Jangan heran jika Alin langsung meminta makanan ketika Bara datang, karena itu sudah menjadi sebuah kesepakatan diantara mereka. 


Bara tertawa lirih, "Gak bawa."


Bibir Alin yang tadinya mengembang kini tertarik ke bawah. 


"Gak usah cemberut! Gimana kalo sebagai gantinya, gue ajak lo ke pasar malem, mau?"


Senyum Alin kembali mengembang, dan tanpa menyia-nyiakan penawaran yang menggiurkan itu Alin mengangguk antusias. 


Bara menyodorkan sebuah helm bogo. "Pakai helmnya, terus naik."


Dicintai Hantu TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang