14. Ran away from home

3.3K 285 5
                                    

Disinilah Haechan dan Jaemin berada, kamar yang cukup luas dan nyaman tak mampu membuat Jaemin tenang. Haechan pun begitu, semalam Haechan telah diberi tau oleh Mark akan dirinya yang bukanlah anak kandung dari Mark.

Flashback

Setelah adegan panas tersebut, Haechan sempat terbangun dari tidurnya. Haechan menatap Mark yang tertidur disampingnya dengan keadaan yang lusuh, sekilas terbesit dipikiran Haechan apakah yang dilakukannya dengan sang ayah itu benar ?

"Kenapa hm ?" Gumam Mark yang sedari tadi tau bahwa anaknya itu tengah memandang dirinya, "Dad- apakah ini benar ?"

Mark dapat melihat dengan jelas dimatanya, anaknya tengah gelisah. Kemudian dirinya mencondongkan dirinya ke arah Haechan dan mencium keningnya, "Daddy tau ini bukanlah suatu hal yang benar. Jika ada sesuatu terjadi padamu nanti, Daddy yang akan bertanggung jawab." Katanya sambil memberi senyuman hangat untuk menenangkan anaknya, Haechan membalas senyuman itu namun berbeda dengan hatinya, ketakutan terus menghantui pikirannya.

"Haechan."

"Ya ?" aneh, kenapa Daddy memanggil namaku bukan panggilan biasanya. Batin Haechan

"Kau harus tau suatu kebenaran."

"Eum ?" Gumamnya, Mark mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan menyandarkan punggungnya di headboard ranjang.

"Maaf tapi, kau bukanlah anakku." Bagai disambar petir Haechan baru mengetahui hal ini, dirinya berdiri dari tidurnya lalu menghajar habis-habisan perut Mark dengan tangannya didampingi dengan tangisan pilu. Meskipun begitu Mark tidak melawan, ia membiarkan anak kesayangannya itu menghajarnya. Tak berselang lama pukulan Haechan mulai melemah, "Kenapa ?" Lirihnya,

"KENAPA BARU SEKARANG KAU MEMBERI TAU KEBENARAN INI PADAKU ? KENAPA ? KAU MAU MEMANFAATKAN KU HAH ?!"

"T-tidak sayang."

"BERHENTI MEMANGGILKU SAYANG! KAU BAJINGAN BRENGSEK! PASTI KAU YANG TELAH MELENYAPKAN IBUKU!"

"AKU TIDAK MELENYAPKANNYA! IBUMU DIPERKOSA HAECHAN! Ibumu diperkosa." Balasnya dengan yang terakhir lirih, Mark menarik tangan Haechan dan memeluknya, Haechan menangis sejadi-jadinya dipelukan Mark. Mark belum ingin menceritakan semuanya sebelum Haechan yang meminta.

Setelah beberapa jam, tangis Haechan mulai mereda, Mark masih senantiasa memeluknya.

"Ada kebenaran apalagi yang kau sembunyikan ?" Lirih Haechan, "Kau benar-benar ingin mendengarnya sayang ?" Haechan menganggukkan kepalanya, "Kau siap ?" Sekali lagi Haechan menganggukkan kepalanya. Siap atau tidak, dia membutuhkan kebenaran dari Mark sekarang.

"Dulu sebelum kau lahir, daddy pernah bertemu dengan ibumu di jalan."

Mark mulai menceritakan semua kejadian masa itu, dan Haechan yang menyiapkan pendengarannya. Setelah Mark berhasil mengungkap satu kebenaran itu, Haechan menangis lagi. Ia menumpahkan segala kepedihannya dalam pelukan Mark.

"Sebelum pergi, ibumu berpesan padaku."

"A-apa ?"

"Jika kau sudah dewasa nanti, kau diminta membalaskan dendamnya pada yang memperkosa dirinya."

Haechan menegakkan dirinya dan menatap Mark dengan mata sembab

"A-apa ? Ibuku berpesan itu padamu ?"

Dangerously | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang