Pagi itu, Jaemin terbangun dengan tubuh yang lemas, bagaimana tidak? dirinya digempur habis-habisan oleh Jeno, bahkan untuk sekedar bernafaspun, tak dibiarkannya
"Tua bangka sialan."
"Kau mengatakan apa ?"
"A-ah, selamat pagi papa."
"Kau bisa jalan ?"
Jaemin menggelengkan kepalanya, tentu saja, lubangnya sangat perih sekarang.
"Mau mandi ?"
"Uhum, lengket."
kekehan halus terdengar dari bibir dominan,
"Mandi bersama ?"
"TIDAK! M-maksudku, aku hanya takut kau akan melakukannya lagi."
"Sudah mengenalku rupanya."
decakan yang keluar dari bibir Jaemin membuat Jeno tertawa
•
•
•
•
Kala itu, Haechan dibantu dengan Taeyong, membersihkan setiap luka ditubuh Mark, setiap goresan yang diberikan Jeno sungguh menyiksa dirinya
"Apakah masih sakit ?"
"Tidak nyonya, ini sudah mendingan."
"Tapi banyak sekali goresan itu, bahkan darahmu ada yang sudah mengering."
"Saya sudah terbiasa dengan hal ini."
"Pria yang malang, istirahatlah nak, Haechan akan merawatmu, aku harus pergi untuk mengurus sesuatu."
belum sempat dirinya beranjak keluar, tangan kanannya digenggam lembut oleh Mark Lee
"Terimakasih." ucap Mark Lee yang dibalas dengan senyuman itu, "Kau tumbuh begitu cepat."
"Berkatmu."
Haechan yang sedari tadi menunggu di depan pintu, kini masuk dengan perlahan, tak lupa mengucapkan salam kepada pemilik rumah, lagi-lagi dibalas dengan senyuman
"Lee Jeno brengsek, berani sekali dia memberikan setiap goresan itu kepadamu."
"Kau tak perlu khawatir."
dengan elusan lembut, Haechan menyusuri goresan itu dengan jari mungilnya
"Bagaimana kabar Jaemin sekarang ya ?"
"Mengapa kau mengkhawatirkannya ?"
"Jeno bukanlah lawan yang sepadan untuknya."
"Kau salah, kelemahan seorang Lee Jeno adalah Na Jaemin, biarkan dia mengikuti setiap alur permainan Jeno, tunggu giliran kita yang memainkannya."
"Aku hanya takut, sedikit."
Mark menghela nafasnya panjang, dia tau Haechan begitu mengkhawatirkan adik tercintanya
"Haechan, ingatlah akan satu hal, Jaemin adalah Kancil, dan mereka adalah buaya nya."
bibir cantik milik Haechan itu membentuk sebuah seringaian tajam
"Ohh, aku lelah dengan semua drama ini. Kapan permainannya akan selesai ? Tidak bisakah giliran kita yang memainkannya ?"
tangannya terulur untuk mengelus pipi chubby milik submissive, "Berhenti mengeluh, semua akan sesuai dengan rencana kita."
•
•
•
•
Taeyong memasuki sebuah caffe, dirinya berjalan dengan anggun ke arah laki-laki yang menunggunya, dimejanya terletak 2 cangkir kopi, semua pengunjung bahkan terkesima dengan penampilan Taeyong, dia laki-laki, tapi bagaimana dirinya bisa tampan dan cantik diwaktu yang bersamaan ? bukankah itu curang ?
"Ah, diluar hujan."
"Ya, aku mengetahuinya nyonya."
"Bagaimana ? Apakah semua sudah berjalan sesuai rencana kita ?"
"Sejauh ini."
"Ah, aku menyukai permainan yang dibuat manusia-manusia itu."
"Sampai kapan ?"
"Bersabarlah, tidak lama lagi, kita yang akan menang."
laki-laki dihadapannya itu mengetukkan jari-jarinya ke meja, dan kekehan kecil mulai keluar dari sudut bibirnya "Lucu sekali, mereka saling membunuh satu sama lain."
"Di dunia ini, tak ada manusia yang baik, Hwang Hyunjin."
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya ?"
•
•
•
•
Segini duls yh, sabar, baca dan pahamin alurnya pelan-pelan aja, jangan keburu-buru, masih banyak kejutan di chap lain
nih pencerahan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
btw, ak abis bikin au 18+, mw ku pub di twt, tp msiie raguu. apkh ad yg mw ?