Seorang pria dengan tubuh terikat di kursi tengah tak sadarkan diri, benar. Pria itu, Mark Lee. Sedikit brengsek dan licik, Jeno yang notabennya sebagai sahabatnya mengkhianati sahabatnya sendiri, atau memang Mark Lee yang mengkhianati Jeno ? Lupakan, kini kedua orang itu menunggu Mark untuk bangun. Mereka menjadikan Mark sebagai sandera, sebenarnya hanya Jeno yang menginginkan Mark sebagai sandera, untuk Mina. Ah, alasannya akan diceritakan nanti
"Ergh, sshh kepalaku."
"Sudah bangun ternyata ?" Mark menatap orang didepannya itu, "Jeno ?" Lalu dirinya menatap tangan yang terikat di kursi, jangan lupakan senyum Jeno yang bisa membuat kaum hawa meleleh, bukan, bukan senyum manis yang kalian kira
"Ya, ini aku teman. Ah, pantaskah kau dipanggil teman ? Setelah mengkhianati sahabatmu sendiri, hm ?"
"Kita sebut dia pengkhianat." Celetuk wanita yang berdiri dibelakang Jeno sembari menyandarkan tubuhnya dimeja yang penuh akan pisau dan senjata tajam lainnya, celetukan itu disambut tawa dari Jeno, menurutnya itu lucu. Baginya, lelaki didepannya ini memang pantas disebut sebagai pengkhianat.
"Mark Lee, katakan dengan lantang. Mengapa kau melepaskan burung yang seharusnya ada disangkar emas ?"
"A-aku tak mengerti apa mau mu Jeno."
"Cukup jawab dengan lantang dan jujur, kau tau bukan. Aku tak suka kebohongan, bagiku kebohongan lebih menjijikkan dibanding kotoran kambing." Tak ada jawaban dari Mark, dirinya enggan untuk berbicara lebih jauh, bahkan memandang orang didepannya saja membuat dirinya muak
"JAWAB !" Kala teriakan itu menggelegar dipenjuru ruangan itu, Mark memejamkan erat matanya, "Sekalipun kau melukaiku, tak kan kubiarkan kau mengetahui alasanku."
Kekehan keluar dari bibir Jeno
"Kau menantangku ? Sungguh ?" Mengusap dagunya perlahan dan berbalik menghadap Mina
"Ambilkan belati itu." Tanpa basa basi, Mina dengan segera mengambil belati yang tergeletak dibelakang tubuhnya, bentuk yang panjang dan runcing mampu membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya, tak beda jauh dengan Mark, hanya saja rasa ketakutan Mark ia tutup dengan keberaniannya
Jeno berjalan perlahan menuju dirinya
"Lihat, benda ini sangat panjang dengan ujung yang runcing. Menusuk matamu belum tentu kau akan mati, tapi aku tak ingin membuat kau bertemu dengan istrimu, karena aku masih membutuhkanmu. Jadi, katakan, apa alasanmu melepaskan burung dari sangkarnya ?" Ujung dari belati itu ia seret perlahan kearah pipi Mark
"K-kau bukanlah Jeno yang ku kenal."
"Aku ? Hahahaha, bahkan kita sudah berteman sejak lama. Mengapa kau baru tau sifatku ?" Sarkasnya
"Lepaskan Jaemin, Jeno. Kau seharusnya menjadi ayah yang baik bagi dirinya."
"Ya! Aku memang ayahnya, dan aku juga adalah masa depannya. Berhenti berpikir seolah-olah kau yang paling suci di dunia ini. Kini saatnya bermain-main."
•
•
•
•
"Nyonya, anda lapar ? Saya akan membelikan makanan untuk anda." Tanya Haechan pada Taeyong, "Tidak nak, jika kau lapar. Makanlah dulu."
"Nyonya, apakah anda baik-baik saja ?" Kini giliran Jaemin yang bertanya sembari menumpu badannya dengan kaki, seolah berlutut didepan Taeyong, "Bohong jika aku mengatakan baik-baik saja. Tapi kalian tenang saja, suamiku bukanlah pria yang lemah. Dirinya adalah pria yang kuat, kalian percaya akan hal itu ?" Dan dijawab anggukan oleh keduanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerously | Nomin
FanfictionTerperangkap dalam genggaman sang ayah menjadi takdir yang mengerikan bagi Jaemin. "Your life is in my control. Because you're my obsession." - - - - warn!bxb nomin area on going gimme voment ! Story by ©jessichaxd