5. Nana wants to grow up

8.6K 1K 175
                                    

Hai !!! Gak nyangka sumpah bisa 30 vote lebih 😭 hshdhdhshs. Makasih banyak yang udah vote! Sesuai perkataanku kemarin, 30 vote = double up !! Tetep vote ya, terimakasih dan selamat membaca.
Typo itu manusiawi
---------------------------------------

Hari sudah menunjukkan malamnya, Jaemin kini tengah duduk dimeja belajarnya, sembari membaca materi yang diberikan gurunya. Sesekali ia melirik foto keluarga yang terletak diatas meja belajarnya, ada Lee Jeno dan Lee Jaemin difoto itu, bersama dengan ibu Jaemin

Lee Yeji.

"Mama, Nana rindu mama. Bisakah mama kembali ? Nana masih ingin memeluk mama." gumamnya lirih, Jaemin membereskan buku-buku nya dan berlari menuju ranjang dan menjatuhkan dirinya diatas ranjang. Ia mengambil bantal tidurnya lalu ia gunakan untuk menutup wajahnya, malam itu Jaemin menangis di dalam diamnya. Sakit, itu yang ia rasakan. Kehilangan seorang ibu yang merawatnya dari kecil hingga berumur 7 tahun, memang pada saat itu ia masih belum mengerti apa-apa. Tapi, semua orang pun tau bahwa seorang anak tidak akan mampu kehilangan seseorang yang merawatnya dari kecil.

Saking sedihnya Jaemin, ia tidak mengetahui bahwa pintu kamarnya telah dibuka oleh seseorang. Dan itu, ayahnya.

"Nana." tubuh Jaemin menegang, ia segera menghentikan tangisnya dan menyingkirkan bantal dari wajahnya, lalu bangun untuk memeluk ayahnya

"Papa, hiks." Dan tangis Jaemin kembali pecah di pelukan sang ayah, "Hey sst, papa disini sayang. Nana kenapa hm ?" Jeno memeluk putranya dengan sayang, mengelus punggung sempit itu dan mengecup kepala Jaemin

"Mama. R-rindu mama."

"Sudah, mama sudah tenang di surga Nana. Nanti mama akan sedih jika Nana menangis. Besok kita ke makam mama ya ?" Jaemin melepas pelukan Jeno itu dan menatap ayahnya itu "Benar ?" tanya Jaemin, sedangkan Jeno terpaku sejenak. Bagaimana bisa seseorang yang menangis bisa terlihat cantik dan menggemaskan diwaktu yang sama ?

Jeno menghela nafasnya pelan, setelahnya ia memandang Jaemin dengan senyumnya itu, dan menganggukkan kepalanya. "Tidur ya ? Papa akan temani Nana."

"Yeay !! Terimakasih papa, papa yang terbaik." Jaemin mencium bibir Jeno kemudian membaringkan tubuhnya diranjang, catatlah. Bibirnya. Reaksi Jeno, ia menegang, tidak. Tubuhnya yang menegang, oh tidak juga. Maksudnya, tubuh dan kebanggaannya.

"Papa ? Sini." Jaemin menepuk sisi ranjangnya dan Jeno yang tersadar pun segera menidurkan dirinya disamping Jaemin. Jaemin terlebih dahulu terlelap dan tertidur dengan nyenyak, ia terlalu lelah menangis. Sedangkan Jeno masih belum tertidur, ia sedang berusaha menahan dirinya untuk tidak menerjang anaknya malam ini. Tapi ia tidak bisa, itu menyakitinya.

Lantas Jeno bangun dari tidurnya dan membelai wajah anaknya lembut ia terpana degan wajah cantik anaknya itu, setelah puas memandangi wajah anaknya, matanya turun ke bibir indah milik Jaemin. Menatapnya cukup lama sebelum ia meneguk ludahnya kasar. Sesuatu dibawah sana mengeras. Terangsang ternyata. Menyicipi sedikit tidak salah bukan ? Batinnya sembari menyeringai kecil

Jeno mendekatkan wajahnya ke wajah Jaemin dengan perlahan dan menempelkan bibirnya dibibir Jaemin, awalnya hanya menempel sebelum akhirnya Jeno menggerakkan bibirnya perlahan, melumat bibir atas dan bawah Jaemin. Ciuman itu berubah menjadi ciuman yang bernafsu, Jeno melumat dan menghisap bibir Jaemin sedikit kasar. Jeno mengambil tangan Jaemin dan diarahkannya keselengkangannya, menggerakkanya perlahan, membawa tangan Jaemin untuk mengurut kebanggaannya dengan pelan.

"Sshh, Jaeminhh." Jeno melepas hisapan dibibir Jaemin, menengadahkan kepalanya menghadap langit-langit kamar dan mendesis kenikmatan. Namun, siapa sangka. Jaemin yang sekarang tengah tertidur, mendadak terbangun akibat terganggu dari tidurnya. Ia mencoba untuk menyempurnakan penglihatannya, dan setelah penglihatannya benar-benar sempurna, matanya terbuka lebar. Jaemin terkejut, ayahnya sedang berada disampingnya, mendesahkan nama nya.

Dangerously | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang