4. A statement

9K 1.1K 10
                                    

I'm sorry, tapi. Boleh aku minta vomentnya ? 30 vote per-chap, dari chap 1-yang ini = double up gimana ?
Typo itu manusiawi.
-----------------------------------

Disinilah Jeno sekarang, duduk di kursi CEO nya bak Raja yang duduk di tahta nya. Ia disibukkan dengan setumpuk kertas-kertas yang harus ditanda tangani nya. Jeno memijat pelipisnya pelan, dia butuh istirahat sekarang. Ini sudah waktunya makan siang, karyawannya sudah keluar untuk mencari makan, sedangkan dirinya masih berkutat dengan berkas-berkas pentingnya, walau sebenarnya dia tidak terlalu membutuhkan kertas itu.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk" Seorang pria yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek itu memasuki ruangan Jeno dengan tampang malasnya,

"Jeno, kau tidak makan siang ?" Tanya lelaki itu,

"Kau tidak lihat Mark, pekerjaanku sangat banyak. Oh Tuhan, aku membenci kertas-kertas itu." Jawabnya malas, Ya itu Mark Lee, ayah Haechan sekaligus teman dekat atau sahabat karib Jeno "Kau juga perlu istirahat bocah !"

"Aku bukan bocah, umurku sudah 37 tahun asal kau tau." Katanya sinis, "Tapi kau tetap bocah dimataku Lee." Ucap Mark setelah mendudukkan dirinya di sofa tamu ruangan Jeno

"Kau juga Lee omong-omong."

BRAK

"Sialan kau Mark Lee, kau menyuruhku kesini buru-buru kenapa hah ?! Kau tau ! Kau menghancurkan acara makan siangku dengan kekasihku sial !"

"Ck, tenanglah Renjun. Aku hanya meminta mu untuk membawa berkas yang tertinggal di meja kantorku. Tapi kau malah memaki ku." Lelaki barusan adalah Huang Renjun, sekretaris sekaligus sahabat Jeno dan Mark, "Untung kau bos ku, jika tidak. Aku akan memenggal kepalamu sekarang." Sedangkan Mark dan Jeno meringis pelan, melihat betapa menyeramkannya Renjun ini

"Kau...semakin lama semakin menyeramkan." Itu Jeno yang berbicara, sedangkan Renjun hanya mendecih sebagai responnya

"Ini berkas yang kau minta. Hah, aku haus. Mau minta minum." Pinta Renjun setelah duduk disamping Mark

"Sebentar." Jeno meraih gagang telephone miliknya dan menelfon sang sekretaris untuk membawakan minum, dan tak lama terdengar suara ketukan pintu, Jeno mempersilahkan orang itu untuk masuk

"Tidak bisakah kau memanggil OB huh ? Kenapa harus aku ? Dan, oh ternyata kalian." Tanya nya sinis ke Jeno

"Karena kau sekretarisku disini, Siyeon." Balasnya,

"Oh Tuhan, andai saja kau bukan teman SMA ku. Akan ku cabik-cabik wajahmu." Katanya sambil meletakkan minuman di meja tamu, "Kau menyesal berteman dengan Jeno ?" Tanya Mark,

"Sedikit. Jika saja aku tidak kenal dengan Jeno, maka aku tidak akan bisa kenal dengan Eric." Oh noona, kau berteman dengan Jeno hanya karena Eric ?

"Ppfft, hahahaha. Kau tidak tertarik dengan Jeno ? Bahkan Eric dan Jeno terlihat mirip, mereka sama-sama tampan. Tapi kenapa kau memilih Eric ?" Tanya Renjun, disela tawa nya. Dan pertanyaan tersebut hanya dibalas tatapan datar oleh Siyeon. "Yah, ku akui Jeno tidak kalah tampan dengan Eric. Tapi untuk kewarasan, Eric yang menang. Dan untuk hatiku, pasti memilih Eric." Jawaban tersebut mengundang tawa ketiga nya, itu membuat Siyeon mengernyit heran. Apakah ketiga orang didepannya ini sudah gila ? Pikirnya.

Semua berhenti tertawa ketika melihat seseorang masuk ke ruangan Jeno

"Sayang ? Kau disini rupanya. Aku mencarimu diruanganmu, tapi kau tidak ada." Ini dia yang baru saja dibicarakan telah datang, Eric datang dan mencium sekilas bibir tunangannya itu, Siyeon. "I'm sorry honey, sepupu mu itu memanggilku hanya untuk memintaku membawakannya minuman." Eric menganggukan kepalanya, matanya menatap Jeno, Renjun, dan Mark bergantian

Dangerously | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang