Prolog

25 8 0
                                    

Udara pagi yang sejuk serta angin sepoi-sepoi menerbangkan daun-daun yang berjatuhan di tanah. Seorang perempuan menundukan kepalanya sambil mengikat simpul terakhir tali sepatunya, "yeay selesai!"

Bian si anak bungsu dari dua bersaudara tersenyum senang, ia memiliki dua lesung pipi dan itu membuat wajahnya semakin babyface.

"Ma, dia siapa?" Tanya Bian sambil memperhatikan seorang laki-laki yang bertengger di motornya sendiri, kalau dilihat dari seragamnya, laki-laki tersebut memakai seragam sekolah yang sama dengan Bian, apa dia teman Bian?

"Masa kamu gak kenal," sahut mama Bian sembari terkekeh kecil.

Bian mencium tangan mamanya, "Bian berangkat ya ma"

Mama Bian menganggukan kepalanya, "jagain Bian ya!"

Seperti biasa, laki-laki tersebut hanya mengacungkan jempolnya.

Dengan muka polosnya Bian bertanya kepada laki-laki tersebut, "nyari siapa ya?"

Laki-laki tersebut membuka helmnya lalu tersenyum manis kepada Bian, "Selamat pagi menantu mama"

Bian memukul bahu Arion pelan, "kenapa harus ganti helm? Kan gue gak kenal."

Laki-laki yang bertengger di motornya ternyata Arion, sahabat Bian dari kecil. Walaupun mereka beda sekolah dari TK sampai SMA kelas 1, tapi jalur orang tua lah yang membuat persahabatan mereka begitu erat.

Arion memiliki julukan yang dibuat oleh temannya dan tersebar ke seluruh penjuru sekolah, si pacarable. Arion yang memiliki sifat random sangat didambakan oleh kaum hawa ditambah visualnya yang hampir sempurna, idaman sekali bukan?

Arion menjulurkan tangannya karena melihat Bian yang kesusahan naik ke atas motor yang lumayan tinggi untuk seukuran tubuh Bian, "perlu bantuan?"

Lagi dan lagi Bian ragu menerima uluran tangan Arion. Bian tidak bisa melakukannya. Bian takut, bayangan-bayangan kelam itu muncul kembali dipikiran Bian.

Bian menggelengkan kepalanya, "ngga us-"

"Ayo naik, gak usah takut Bi, tangan gue bersih," potong Arion sambil membantu Bian.

Arion tahu Bian masih tidak bisa lepas dari masa lalunya itu. Disinilah Arion, sebagai penjaga dan obat untuk masa lalu Bian.

Selama perjalanan ke sekolah, Arion hanya diam fokus melihat ke jalanan di depan yang cukup ramai, berbeda dengan Bian yang ribet sendiri karena ia menggerai rambutnya yang beterbangan, sesekali ia membenarkan rambutnya, tapi angin berkata lain.

"Makasih ya Ion, makasih udah bikin rambut gue berantakan," ucap Bian sambil menahan amarah kepada laki-laki dihadapannya.

Arion menyengir, "lupa Bi, tadi buru-buru. Salah siapa gak diingetin"

Bian menarik Arion, "awas, mau pinjem spionnya"

Arion memerhatikan Bian, "jangan takut sama gue ya"

"Apa?"

Arion menggelengkan kepalanya, "ayo masuk, udah rapi kok, udah cantik"

Bian sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh Arion, Bian pun menganggap Arion sebagai bagian dari keluarganya. Walaupun terkadang Bian masih takut dengan perlakuan hangat dari Arion.

Langkah Arion yang lebar membuat Bian kesusahan menyamai langkahnya, "jalannya pelan-pelan bisa gak? Susah ngejarnya"

"Makannya tinggi, suruh siapa gak tinggi-tinggi?" Tanya Arion dengan nada meledek.

Sabar Bian gak boleh marah masih pagi, ucap Bian dalam hati.

"Saingan asli lo dateng tuh Ka"

"Nyingkirin dia sih gampang, tapi dapetin hati Arion tuh susah, tau sendiri dia dari dulu dingin ke orang lain"

¢¢__________¢¢

Hi bestie, udah lama banget gasie🙌🏻
Btw bintangnya di klik ya xixixi
Bantu share juga ke temen-temen kalian, thank you😗

My HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang