2

9 5 1
                                    

Jumat pagi yang cerah secerah masa depan tapi tidak untuk orang pemalas.

Semua murid kelas XII MIPA 1 sedang berada di lapangan bola voli tentunya untuk menjalankan tes.

Kini Bian sudah bisa beradaptasi dengan teman-teman kelasnya dan juga murid-murid dari kelas lain, ia sudah tidak pemalu seperti awal-awal masuk.

"Haduh bolanya berat kaya beban hidup," ucap Bian pelan.

"Service sekarang biar bebannya ilang"

Suara itu datang dari belakang tubuh Bian, ia membalikkan badannya kaget, "bisa aja si bapak"

Beberapa teman kelasnya tertawa pelan sambil menghalangi wajah mereka karena tersorot sinar matahari.

"Cepetan Bian, panaaas!" Teriak Nanda yang di angguki teman-teman kelasnya.

"Tuh pak liat, gimana mau konsen kalo banyak yang ngajak ngomong," adu Bian kepada guru olahraganya, pak Dani.

"Banyak darimana? Kamu digangguin mahluk halus kali," sahut pak Dani.

"Cepetan woi!"

"Cepetan!"

"Bian Allahuakbar!!"

Seruan teman-temannya membuat ia kesal, "iya sabar kenapa, gue juga panas kali berdiri disini!"

Siska yang sedari tadi memperhatikan dari lantai dua akhirnya bersuara, "cih, caper!"

"Siapa Sis? Lo?" Tanya Vega sambil mengunyah camilan yang dibawa dari rumahnya.

Siska memutar bola matanya malas lalu kembali memperhatikan Bian.

"Perasaan dulu lo udah nyerah buat dapetin Arion, kenapa sekarang menjadi-jadi?" Tanya Risa.

"Kata siapa? Gue gak pernah nyerah sebelum dapetin dia"

"Kenapa lo mau sama Arion? padahal yang lain juga banyak yang ganteng," timpal Vega.

"Diem deh makan aja sono gak usah banyak omong," sahut Siska sewot.

Risa menyodorkan botol air mineral tepat di depan wajah Siska, "nih nih minum dulu isi tenaga"

Siska menahan amarahnya dan mengambil botol tersebut, "gak usah di depan muka gue juga"

Risa hanya tersenyum dan mengkode Vega agar masuk ke dalam kelas.

Siska menutup matanya sebentar untuk meredam amarahnya, tapi takdir sedang tidak berpihak padanya, seorang laki-laki tersenyum konyol tepat di pinggirnya, "halo mantan"

"Ngapain lo di sini?" Tanya Siska sewot.

"Cuma mau ngasih tawaran," sahutnya sambil tersenyum.

Siska mengalihkan pandangannya kembali terhadap Bian.

Riko, mantan Siska sekaligus si stalker handal ikut memperhatikan Bian.

Riko terkekeh pelan, "iri lo sama dia?"

Siska tidak menjawab, ia memilih diam ketimbang harus berurusan lagi dengan Riko.

"Udah dapet apa yang lo mau?"

Riko yang tidak mendapat jawaban semakin gencar membuat Siska marah, menurutnya wajah Siska saat marah sangat membuat dirinya tertarik.

"Kalo lo gak dapetin dia, balik sama gue gimana?"

"Lo diem berarti lo setuju," lanjutnya.

Siska menolehkan kepalanya ke samping dan menatap Riko tajam, "bisa gak lo pergi dari hidup gue?"

My HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang