Kenyataan

834 31 6
                                    

Hi everyone 👋

Happy reading ❤️

.
.
.

Imara berjalan ke arah sofa dengan kedua tangannya yang sudah membawa dua kaleng minuman soda. Gadis itu lalu duduk di salah satu sofa di samping seorang laki-laki yang sedang asik bermain game online.

"Lo nggak ada niatan pulang ke rumah gitu?" tanya laki-laki itu, membuka suara. Nada bicara laki-laki itu terdengar seperti mengusir Imara secara tidak langsung.

"Lo nggak suka kalo gue nginep di rumah lo?" tanya Imara.

Laki-laki itu menggelengkan kepala, mengangkat kedua bahunya. "Bukan gitu," jawabnya.

Imara membuka salah satu minuman bersoda yang ada di atas meja. Dengan cepat gadis itu meneguknya, sampai tersisa setengah saja.

"Gue males kalo di rumah. Lo tau sendiri kan gimana keadaan rumah sekarang? Kacau," ujar Imara.

Laki-laki bernama Tama itu mengangguk mengerti. "Tapi apa lo nggak kasian sama Abang lo? Dia sekarang pasti butuh lo," balas Tama.

"Buat apa gue peduli sama dia? Dia udah gede, udah bisa urus dirinya sendiri."

Tama yang mendengar perkataan dari Imara hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Gadis itu benar-benar keras kepala. Percuma saja Tama merayu Imara untuk pergi dari rumahnya, hasilnya tetap nihil.

"Kenapa lo ngomong gitu? Bukannya lo sayang banget sama bang lo?" tanya Tama, penasaran.

"Kapan gue ngomong kalo gue sayang sama Evano? Nggak pernah kan? Gue baik sama dia cuman mau uangnya aja. Lo kira gue mau gitu punya Abang tukang mabok kaya dia? Enggak lah."

"Ra ... Dia Abang lo."

"Dah lah. Jangan bahas Evano."

***

Sarah baru saja keluar dari kamar mandi, dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya. Hari ini gadis itu harus menerima kenyataan bahwa dirinya sedang mengandung anak dari kekasihnya.

Sarah tidak menyangka.

Di sisi ranjang ada Kevin yang setia menunggu Sarah keluar dari kamar mandi. Dari raut wajahnya, laki-laki itu terlihat sangat khawatir. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Sarah berjalan ke arah Kevin, membuat laki-laki itu bangkit dari duduknya.

"Gimana?" tanya Kevin.

Sarah tidak menjawab pertanyaan dari Kevin, gadis itu dengan cepat memeluk tubuh kevin. Memeluknya erat, menangis terisak.

"Ini nggak mungkin," lirih Sarah.

Perlahan kedua tangan Kevin membalas pelukan dari Sarah. Laki-laki itu tidak tega saat mendengar tangisan Sarah yang terdengar pilu. Hati Kevin juga sakit ketika mendengar Sarah menangis.

"Aku nggak salah, aku nggak mau anak ini. Ini semua salah Evano," ujar Sarah.

Kevin melepaskan pelukannya. Laki-laki itu menatap dalam Sarah. Kedua ibu jarinya menghapus jejak air mata di pipi mantan kekasihnya itu.

Kevin membawa Sarah untuk duduk di sisi ranjang. Kevin lalu berjongkok di hadapan Sarah. Laki-laki itu mengangkat kedua sudut bibirnya, mencoba untuk tersenyum, menutupi kesedihannya.

"Sekarang tenangin diri lo,"kata Kevin.

"Aku nggak mau anak ini, kak." ujar Sarah, terdengar pelan.

Dua Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang