00

3.5K 108 7
                                    

Flashback

"Ten Kamu tidak bisa begitu sayang, aku mohon jangan pergi. Apa kamu tidak peduli sama Jisung anak kita?"

Malam itu merupakan malam yang sulit bagi Taeyong. Malam itu dia sekali lagi berlutut dihadapan Ten tapi kali ini bukan untuk melamarnya melainkan memohon agar Ten tidak pergi meninggalkannya

"Aku udah capek punya pasangan buta seperti kamu. Dimana mana aku tuh diledekin tau gak mas? Aku malu"

Taeyong tidak terlahirkan buta. Dia kehilangan kebolehan melihatnya akibat kemalangan 7 tahun lalu dan dia sebenarnya belum pernah melihat wajah Ten sekali pun

"Ten aku mohon tetap disini. Aku tidak mahu sendiri tanpa kamu ten"

"Aku mohon lepasin aku. Aku udah beneran ga sanggup lagi mas. Maafin aku"

Ten pergi meninggalkan rumah penuh memory itu tanpa memandang kebelakang sedikitpun. Kakinya melangkah laju menuju kearah mobil entah milik siapa dan langsung menghilang sedetiknya

"Huweeeeee"

Taeyong yang mendengar suara tangisan anaknya langsung saja bergegas keatas meski jatuh dan terbentur objek beberapa kali

"Ichung anak dadda. Kamu kenapa nangis nak?"

Tangannya meraba-raba tubuh anaknya yang baru berumur 5 bulan itu dengan hati yang penuh khawatir soalnya dia tidak bisa melihat apa yang membuat air mata anaknya jatuh.

Dengan penuh hati-hati, jisung digengong agar tangisannya berhenti yang mana membutuhkan masa sampir 10 menit untuk mendiamkannya

"dadda bikinin dedek air ya?" ujar Taeyong pelan kemudian meletakkan semula Jisung didalam tempat bobonya. Dia kemudian jalan menuju tangga namun nihilnya dia tersalah langkah alhasil jatuh hingga kebawah

"hiks, ten kenapa kamu tega ninggalin aku"

Dapur dicapai dan dengan segala cara dia lakukan untuk membuat susu bayi untuk Jisung. Tangannya bahkan terkena air panas dan meenjadi merah akibat itu semua

Flasback off

"Kau bodoh Ten Lee" Taeyong berbicara sambil mengusap air matanya yang sudah jatuh entah untuk ke berapa kalinya

Taeyong masuk ke dalam kamarnya dan menatap wajah ten yang ada di dalam frame dalam dicampuri rasa rindu dan bersalah

Menatap? Taeyong bisa melihat? Iya

Flashback on

"Astaga Taeyong!" Doyoung, tetangganya Taeyong datang melihat keadaan rumah Taeyong soalnya dia mendengar suara bayi menangis tanpa henti sejak kebelakangan ini

Saat sampai dirumah itu, dia kaget dengan keadaan pintu utama yang terbuka luas namun tidak kelihatan sosok Taeyong sama sekali

Dengan berani, dia mencari sumber suara yang dia dengari beberapa hari kebelakangan dan alangkah kagetnya dia saat melihat Taeyong yang pingsan disamping ranjang yang mana ada Jisung diatas ranjang itu

Dengan bantuan Doyoung serta suaminya, Taeyong sudah sadar kembali namun dan kagetnya Taeyong saat sadar dia malah disuruh menandatangani surat yang katanya merupakan pendonor mata percuma untuknya

Taeyong tidak bisa mengatakan 'tidak' soalnya dia membutuhkan mata itu untuk membesarkan Jisung. Namun ada penyesalan dibenaknya setelah sudah bisa melihat

Bangunnya Taeyong dari tidurnya, dia langsung diberikan surat dari seseorang yang menggelar dirinya T.L

Suamiku,

Apa khabar? Aku senang kamu bisa melihat kembali. Maaf jika perlakuan aku hari itu menggores hati kamu. Aku tidak bermaksud. Saat kamu baca surat ini, aku sudah tidak ada disini lagi. Maaf kerana menutup ini dari mu, aku cuma tak mahu melihat orang yang kucintai bersedih. Aku menderita kanker Tae, dan aku sudah tidak bisa dibantu. Kutitipkan malaikat kecil kita padamu. Selamat tinggal sayang. I love you

T.L

Flashback Off

"Kau bodoh! Seharusnya kau membiarkan aku ada disisi mu di detik terakhirmu" Taeyong menjitak dahi foto Ten seolah berharap Ten yang disyurga merasainya

"mama!"

Taeyong bergegas mengelap air matanya dan mencari Jisung

"ada apa anak mama?"

"Jisung mau nenen!" dengan nada tinggi

"iya bisa. Tidak usah teriak juga bakal mama kasih kok" setelah pemergian Ten, Taeyong dengan rela menjadi seorang uke untuk Jisung agar dia dapat menyusukan si bayi, anak kesayangannya itu

Saat mula-mula menjadi seorang uke, Taeyong tidak memiliki asi sama sekali namun dia membiarkan Jisung menyesap putingnya dan dalam waktu satu tahun dia mula menghasilkan asi

"jangan gigit" Taeyong mencubit pelan pipi jisung saat merasa perih di area putingnya ulah si bayi menyusu

"mama kenapa kaya cedih?" tanya Jisung

"sedih? Mana ada mama sedih. Oh iya mama sedih soalnya tadi pagi ichung gak dengerin cakap mama. Kan ichung janji gabakal keluar gerbang sekolah kalau mama belum jemput" Taeyong mempoutkan bibir

"Ichung minta maaf mama. Ichung janji ga ngulangi lagi. Tadi itu salah echan yang ngajakin ichung janjan di warung paman Kun"

"Heh. Kamu gabisa mempersalahkan orang lain. Kan kamu yang salah? Iya kan? Gini deh, kalau ichung nakal lagi, mama ga kasih nenen lagi" Jisung menggeleng cepat kemudian langsung memasukkan puting taeyong kedalam mulutnya

"canda sayang. Nenen aja, mama gabakal larang kok"

Taeyong menepuk punggung Jisung pelan secara berirama untuk menghantarnya keruang mimpi dan ternyata beneran berhasil.

"akhirnya tidur" gumam Taeyong kemudian mengangkat tubuh mungil itu naik keatas kasur dan tidur bersama

Taeyong sangat posesif terhadap anaknya. Dia tak ingin ada kejadian buruk sedikitpun menimpa anak satu satunya yang sudah menjadi harta terindah dihidupanya

"selamat malam anakku" bisik Taeyong kemudian mengecup dahi Jisung lembut























kita bertemu kembali di book baru ini. Harap kalian suka sama alur ceritanya ♥ Ini bakal ada scene bunuh membunuh ya anak-anak. Emang part Ncnya bakal kurang. Semoga kalian bakal tetap support

Circle [JaeYong] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang