18.Sekalipun egois terbesar
"AEL RUSAK KALO DIBELOK-BELOK TERUS!" omel Tina pada Aelius yang membelak-belokan kipas angin agar mengarah pada Nesya, gadis itu tertidur pulas di lipatan tangan sebelah buku-buku tebal.
"Orang kata gue pake AC napa merugul banget lu pada," misuh Aelius turun dari meja.
"AC-AC pala lo peyang, uang kas aja nunggak lo!" Tina selaku KM ikut turun tangan memantau uang kas.
"Elah tin, gue kan nunggak duitnya ditabungin buat naik haji, lo nanti gue kasih korma deh," kata Aelius.
"Apaan? haji Ael? jangan ngarang lo!" cibir Tina bersungut-sungut.
Aelius geleng kepala seraya mengusap-ngusap dada. "Tin sakit banget ah hati gue. Soujon aja lo."
"Ya lo ngomong ngada-ngada," sinis Tina memilih melengos, sedangkan Aelius berjalan ke meja Nesya, duduk depan Alice.
"Kamu ya ku pikir otak ku, tiba-tiba saja pada Nesya baik," ujar Alice memperhatikan setiap tindakan Aelius pada Nesya.
"Dari dulu sebenernya, cuma sekarang tambah baik aja biar dapet malboro," ucap Aelius asal.
"Mabloro adalah rokok ya--aep?"
"Aep? eh, iya roko. Smoke," kata Aelius sedikit kaget lantaran 'Ael' berubah 'Aep'.
"Memang Nesya punya?"
"Cowoknya."
Alice mengangguk. "Oh---OH?!" baru sadar.
Aelius tertawa usil. "Bercanda, gue tulus, cuma kalo dikasih gak boleh nolak, rezeki."
"Teutapi omong-omong ya Nesya harus menang banyak-banyak itu lomba," topik Alice kembali pada Nesya. "Dia tidak tidur semalaman, begitu serius menyelesaikan karya tulisnya lupa sampai degan mam yang kewajibannya."
Aelius melirik Nesya, disela jamkos gadis sebahu yang hanya galak padanya itu memang sering ia gunakan untuk tidur karena dari setelah pengumuman Nesya dihadapkan dengan super kesibukan.
Mulai dari belajar diksi, respon setiap orang dan bagaimana sudut pandang lain berpikir agar tokoh-tokoh di dalam terasa hidup.
"Iya lah, dia jago, pasti menang. Eh, mam---makan maksud lo?"
"Ya, betul. Achung selalu sering mengatakan itu padaku, arti adalah makan kan--aep?" keluguan Alice membuat Aelius yang harusnya marah akan pelesetan nama cukup jauh berganti senyuman jengkel.
"Lo sama Achung pacaran?"
"Adalah pacaran apa?"
"Love-lovean."
"Love? Oh, jatuh cinta?"
Baru akan dijawab sudah tersekat. "Tidak! Achung baik sehingga ku anggap sudah Abang seperti."
Tergelak sendiri Aelius seraya mengacungkan dua jempol. "Good-good, jangan mau Achung bau," hasut Aelius membuat kening Alice berkerut mencari letak lucunya.
******
Berbagai cara dari kalimat 'buka mulut pesawat akan mendarat' sampe gerak mulut seperti suara kera 'a-u-a-u' sudah Raga lakukan demi perut Nesya terisi.
"Syaaa, sehuap lagi."
"Ntar dulu," tolak Nesya fokus membaca jurnal ilmiah.
"Nanti maag lo kambuh, Nesya."
"Iya, sebentar Amongraga."
Raga berdecak dengan bibir mengerucut.
Aturan lomba bersifat terbuka, dari banyaknya karya yang dikirim akan dipilih yang terbaik oleh guru bahasa untuk masuk sepuluh sampai tiga besar, tiap Minggu nama yang lolos terpampang jelas di mading lantas peserta gugur tak akan tertera, jadi jangan heran bila mading akhir-akhir ini banyak didatangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Testudines:Amongraga
Teen Fiction[Series stories F.3 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Ketika rumah bukan lagi tempat berpulang. "Anak perempuan yang selama hidupnya cuma dipertemuiin sama laki-laki bajingan bakalan ngerasa aneh saat yang tulus datang. Kepercayaannya rusak. Mental...