13.Seisi dunia adalah Raga
"SETAN-SETAN!" rancau Raga nyeri. "Astagfirullah depan doi gak boleh kasar," lanjut anak itu.
Nesya yang tengah mengurut kakinya berdecih samar. "WUAAH, AHKKK!" Raga paling membenci diurut begini. "ANJING LO TOR!"
"RAGA GUE DIEM YA?" mencak-mencak Castor mendumel.
Bibir bawah terus Raga gigit kuat menetralisir denyutan ngilu. "CHUNG LO MAU RIBUT SAMA GUE, CHUNG?" tawar Raga tengik, semacam ini tabiat buruknya.
"Ogah, gue tantang lo balap lari kelar urut pengkor," ejek Achung menunjuk Raga pakai spatula, dia sedang membantu Bi Uci masak mie. Gelak tawa memenuhi radar sekitar.
Bibir Raga mencibir hingga manyun-manyun. "EL GIMANA SI ANJING?" amuk Raga.
"APAAN?!" jawab Aelius tidak kalah meninggi.
"NOH URUS PACAR LO NGECENGIN GUE PENGKOR," adunya sekenak jidat.
Aelius menyimpan rokok, jarinya gimik menyelipkan anak rambut ke telinga, bergerak manja ke dekat Achung.
Tubuh Achung yang berada depan penggorengan dipeluk mesra dari belakang oleh Aelius. "Mas kamu lagi masak apa?" candanya.
Achung menggeliat marah. "Bi gergaji mana bi?" tawa seksama menggema lagi.
Lima belas menit berjalan, Nesya telaten pelan-pelan mengurut kaki Raga tidak terusik berisiknya obrolan mereka. "Coba gerakin, sakit?"
Perintah Nesya segera dilaksanakan Raga. "Masih.... lumayan."
"Tahan sedikit, ini bakalan lumayan sakit," aba-aba Nesya sebelum akhirnya kepalan tangan Raga meninju paha Achung. Menjerit tertahan, merancau tidak jelas apa saja yang terlintas di ingatan.
Achung meringis jadi samsak. Menyesal memilih duduk dekat Raga. Suara Raga jadi lebih ke arah merengek bagai bocah kecil. "Cung kenapa sih cung benda tagar udah dikasih gaya rotasi gak mau gerak? belagu amat, cih."
Aktivitas menguyah Achung terhenti, melirik ke bawah. "Cung nasib orang beda-beda cung tapi ini aslian kenapa
hukum Pokok hidrostatika, tekanan di titik A, B, dan C besarnya sama? gak adil cung, gue butuh keadilan."Satu persatu melirik pada mimik nelangsa Raga. Prosesnya ketara tambah sakit sebab dia salah urat. "Nih cung nih kita itu punya----anj---HAM CUNG HAM!" ralat Raga mengatur nafas, jika boleh jujur saat kecil Raga harus dibujuk satu keluarga untuk diurut ini berhubung tukang urutnya pujaan hati saja ia sukarela menyerahkan kakinya. "HAM universal, artinya berlaku buat semua orang. Misal lo mau tebas pala Castor hak lo itu sih."
Castor emosi meletakan gelas teh jus ke bawah. "RAGA GUE DIEM AJA ANJING?"
Bi Uci geleng kepala. "Ini mending tiap hari elo pengkor aja raga, lebih berguna kayanye bacot lo."
Castor tertawa setuju.
"Coba gerakin," titah Nesya mengangguk kecil, meyakinkan.
Mengembang lebar senyum Raga karna merasa sirna keseluruhan rasa sakit tadi. "Udah, ini langsung jalan ke pelaminan juga bisa, ayo."
Para jones setempat berseru marah. "LIAT-LIAT KALO BUCIN WOI!"
Mungkin eskpresi Nesya biasa saja padahal dalam hati mati-matian menahan debaran jantung yang berpacu kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Testudines:Amongraga
Teen Fiction[Series stories F.3 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Ketika rumah bukan lagi tempat berpulang. "Anak perempuan yang selama hidupnya cuma dipertemuiin sama laki-laki bajingan bakalan ngerasa aneh saat yang tulus datang. Kepercayaannya rusak. Mental...