Fyi.
Refresh ulang karna ini lapak cerita gak pernah bener sebelumnya.
Kalo kalian pembaca dari cerita Xabiru (pasti tau Nesya sama Raga ada hubungan apa sebelumnya) jangan bingung dulu sama isi alur di dalem ini, satu persatu bakalan dijelasin. Termasuk karakter Raga yg tadinya---gitu jadi----ya gini.
Bertahap, okey...
01.Tukang ojeg telepati
Angin di sore ini terasa dingin menusuk ke kulit, menerpa wajah hingga rambut sebahu gadis yang duduk di halte bus sedikit berantakan.
Mendongkak ke langit, awan bergelung hitam menandakan seperkian menit mendatang tetes air hujan akan mendarat ke permukaan bumi.
"Dengan nama mbak Nesya Prinzessin?" seorang laki-laki mengenakan jaket serta helem ojeg online memanggil.
"Saya?" tanya Nesya menoleh kanan-kiri, hanya ada dirinya saja disini.
Dibalas anggukan yakin.
"Eh kenapa, mas?" dipanggil 'mas' membuat tukang ojeg online itu tersenyum tipis. "Saya perasaaan nggak pesen ojeg."
"Lho saya cuma tukang ojeg mbak, tadi katanya ada yang pesen dengan nama Nesya Prinzessin, ayo naik mbak saya antar sesuai aplikasi," ucap seseorang yang belum diketahui namanya itu.
Nesya terdiam sebentar, dari pada angkutan umum tak kunjung datang lebih baik ia naik sebelum terjebak hujan. Tukang ojeg online satu ini menghabiskan berapa botol parfum? wanginya begitu menyeruak ke dalam indera penciuman.
"Berapa, mas?"
"Udah dibayar, mbak."
Jujur isi kepala Nesya kala dijalan terus menerka siapa manusia baik yang tiba-tiba mengirim ojeg?
"Oh, oke deh mas, makasih. Hati-hati."
"Perhatian amat, mbak?"
"Hah?"
Orang itu turun dari motor retro-nya, membuka helem. Rambut panjang setengkuk dicat metalik warna putih sebelah sisi kanan-kiri, terikat karet.
"Iya, gue hati-hati, makasih udah diingetin," bersuara serak dan berat, membuka jaket, ia mengenakan seragam putih abu tanpa atribut.
"Lo.... siapa?" putus-putus Nesya bertanya.
"Masa gak inget? gue temen lama lo dulu yang suka pinjem pensil warna."
Nesya coba berpikir keras. "Hah?"
"Kebiasaan orang Indonesia hah-hu-hah mulu, ini generasi milenial bukan zamannya Tarzan," ejek si rambut putih diakhir tawa mengalum.
Secara tidak langsung Nesya sudah disebut Tarzan kan? sialan.
"Temen lama?" balik ke topik awal. "Oh iya-iya, oke makasih ya."
Pikir Nesya hanya orang iseng jadi di-iyakan saja agar tidak memanjang.
Orang yang diberi penghargaan terima kasih malah tertawa di tempat, Nesya jadi bingung sendiri. Tawa terhenti, sedikit membungkukkan badan untuk menatap mata Nesya. "Besok-besok jangan gini lagi, ya?"
"Gini... gimana? lo siapa sih?" geram juga dari tadi ngobrol tidak tahu nama. Jarak wajah mereka bertatapan cukup dekat.
"Gue bukan temen lama lo, orang baru. Gini--- jangan gampang percaya, lo harus tanyain detail. Miliaran orang di bumi ada yang pasang topeng di muka mereka, lo nggak bakal tau asli di balik topeng itu apa," diucapkan dengan nada amat serius.
Nesya mengerjap, meremas rok abunya, malu. Benar, ia mudah sekali mempercayai ajakan gojek tanpa banyak tanya, juga tadi---percaya pada karangan bahwa laki-laki di depan ini teman lama.
Kesadaran Nesya perlahan terkumpul. "LAH JADI LO---NYAMAR?"
"Kalo nggak nyamar lo bakalan kejebak hujan sendirian. Nesya denger gue lagi, jangan gampang percaya sama siapapun kecuali diri lo sendiri, ya? semua bisa aja palsu, perbuatan baik mereka, omongan mereka atau---senyumnya."
Di tempat Nesya berdiri ia terpaku, orang baru ini memberi petuah sangat penting seakan sudah lama saling mengenal. Laki-laki berahang tegas itu terkekeh. "Tapi jangan naif juga," lanjutnya lalu menyodorkan plastik.
"Apa lagi?" Nesya benar-benar dibuat kebingungan sendiri. "Siapa yang minta beliin makanan?" tanya Nesya melihat isi di dalam plastik, ada nasi dan sayur bayam.
Pemberi nasi lauk sayur bayam mengedikan bahu santai. "Nanti lagi belajar masaknya, lo pegang piso masih belum bener." Ia naik ke kembali ke motor. "Jangan keseringan makan mie, nanti usus lo kalah bagus lawan kuyang."
Nesya langsung menyembunyikan jari jempol kanan yang dililit plaster ke belakang tubuh. Untuk yang keberapa lagi dia termangu? dibuat bertanya-tanya oleh semua ucapan dan perbuatan laki-laki banyak tau ini. "LO NGUNTIT GUE? LO SIAPA SIH?!"
"Masuk kedalem udah gerimis, dimakan masih anget," sengaja mengalihkan topik. Nesya menepiskan bibir.
"Sok misterius lo," cetus Nesya, ingat satu hal ia refleks menutup mulut histeris beringsut menarik seragam laki-laki penyamar itu karna sudah menghidupkan motor, enak saja! ia tidak mau semalaman dibuat berpikir. "LO MAU NYULIK GUE YA BUAT SINDIKAT JUAL BELI MANUSIA?"
Pecah tawa si rambut putih. "Nggak, gue cuma nebak."
"Nebak?" tidak mungkin karna semua sama dengan fakta yang ada.
Dari dalam helem laki-laki dengan sepasang netra coklat rupawan itu tersenyum manis. "Gue nggak minat nyulik anak kelas dua belas yang gambar ikan masih kaya angka delapan."
Perlahan cekalan Nesya pada seragam mengendur, seiring dengan itu motor manusia sok misterius plus banyak tahu tersebut pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.
Ojek online, nasi dan sayur bayam serta gambar ikan yang mirip angka delapan menjadi niat awal Nesya untuk mencari tahu tentang siapa sebenarnya sosok laki-laki itu.
*******
Nggak, nggak. Yg mikir rambut panjang dipikok putih pasti mirip jamet. No, huhu☹️ visual tukang ojeg nama aslinya hyunjin, oke sama-sama..
Info penting!
Testudines adalah nama ilmiah dari hewan kura-kura. Kenapa kura-kura? stay tun dicerita ini! nanti bakalan dijelasin. Okay, tysm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Testudines:Amongraga
Teen Fiction[Series stories F.3 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Ketika rumah bukan lagi tempat berpulang. "Anak perempuan yang selama hidupnya cuma dipertemuiin sama laki-laki bajingan bakalan ngerasa aneh saat yang tulus datang. Kepercayaannya rusak. Mental...