24.Ada dalam dua kubu sama

89 11 4
                                    

Trigger warning!

Beberapa part di cerita ini dan sebelumnya mengandung beberapa kondisi yang membuat kalian mungkin tidak nyaman, terganggu atau juga mengingatkan pada trauma lama. Mohon maaf sebelumnya telat menyampaikan, harusnya dari ketika Major siksa Nesya saya mengingkatkan.

24.Ada dalam dua kubu sama

Jarum jam yang berdetak terasa lebih lamban lantaran satu kelas tengah berada di sesi menegangkan. Alice duduk di belakang dengan keadaan tangan dan kaki terikat.

"NESYA ADALAH ANAK BAIK!" teriak Alice amat marah sekali. "KALAU KALIAN ITU SEMUA JEBAKAN BUAT BAJUNYA KOTOR!"

Hasil rapat kemarin ialah membuat jebakan untuk Nesya, sekelas sengaja datang lebih awal, membuat campuran air kotor di ember yang dikaitkan pada atas pintu, dibentuk sedemikian rupa hingga kalau pintu terbuka air itu tumpah mengenai Nesya.

Teriakan Alice hanya dianggap angin lalu, dia berusaha kuat melepaskan ikatan. Suara sepatu terdengar sayup dari luar kelas, mereka berhitung mundur bersama.

Satu....

Alice memejamkan mata tidak tega.

Dua....

Membayangkan sehancur apa hati kecil Nesya yang dijahati semua anak.

Tiga setengah...

BYUR!

"AAAAAAAA!"

Dari jendela pojok ikut bunyi terjatuh. Bedebam.

BRAK!

Sebagian anak tutup mulut, tercengang. Bergantian menatap kedepan dan belakang. Oh my ghost, tidak mungkin---

"APAAAN-APAAAN INI SEMUA?!" melengking suara omelan Bu Elsa, nafasnya menderu. Mengusap wajah. "HUEAKKK, AIR APA INI?!"

Nesya merapikan rambut, menepuk-nepuk bagian seragam yang kotor, menyengir, dua tangan diangkat ke atas. "Peace Bu, peace! gak ikut-ikut, saya baru dateng."

Mendengar suara yang amat ia kenal kelopak mata Alice terbuka. "NESYA!" seruannya bersemangat.

"Eh, kok diiket?" Nesya berjalan ke meja Alice, membuka telaten.

Sementara Ibu Elsa mengamuk di depan, menggebrak meja berulang-ulang.

"Bagimana kamu bija selamat?"

"Zaman sekarang pembullynya kudet. Yang terlatih selalu punya kunci jawaban sendiri, Alice." Balas Nesya enteng. Lemparan bangku kemarin ia susun untuk naik, tahu rencana sampah ini akan terjadi.

"Jawaban?"

"This is a strategy, kalaupun jadi manusia brengsek otak harus tetep jalan biar engga salah umpan," lanjut Nesya terkekeh melihat Tina meminta maaf atas tindakan bodoh mereka.

"POKONYA SEHARIAN INI SATU KELAS IBU JEMUR!" bentak Bu Elsa hingga urat leher mencuat.

Keluhan yang samar membuat Bu Elsa kepalang emosi, suasana makin keruh. "SIAPA YANG RENCANAIN-----SELAIN NESYA, JELAS IBU TIDAK AKAN MENGHUKUM NESYA!"

"Bu---"

Protes mereka disela sangar.

"KEMARIN SUDAH DILURUSKAN UNTUK BERHENTI MEMBULLY, SIAPAPUN, ANAK TERPELAJAR TIDAK PANTAS MELAKUKAN PENINDASAN!"

Telunjuk Nesya terangkat. "Saya ikut dihukum asal Alice bebas, Bu."

Mata Alice berbinar, ia menggeleng tidak apa. "Saya tau jelas kamu sudah melarang sebisa mu, Alice. Terima kasih," ucap Nesya dengan pandangan super teduh.

Testudines:AmongragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang