Siapkan hati buat baca. Jangan suudzon dulu sama si anak buaya yaaa
“Assalamualaikum Bundahara cintaku, sayangku. Sumber duitnya Aleshaa. Alesha udah pulaaannngg!” teriak Alesha melangkah antusias masuk ke dalam rumah dengan gaya dasi sekolah yang ia lingkarkan di kepala.
Rumah bergaya minimalis modern itu terlihat sepi. Salam Alesha pun tak ada balasan dari dalam rumah. Alesha menyapu pandang sekitar. Di tengah langkah, ada aroma masakan kesukaannya yang menyeruak memasuki indera penciuman Alesha. Tanpa berpikir panjang, gadis itu langsung menuju dapur, ia yakin bundanya pasti sedang memasak makanan favoritnya sekarang.
“Bundaaa!” seru Alesha membuat Bunda terkejut dengan memeluknya dari belakang.
“Alesha, udah pulang sayang? Kok tadi enggak mengucap salam dulu?” tanya Bunda Aisya.
Alesha melepaskan pelukannya. “Udah kok, Bund. Cuman Bunda aja yang nggak kedengeran.”
Berbagai masakan terlihat sudah tersaji dengan rapi di atas meja makan. Ada banyak jenis sup khas Indonesia yang seakan membuat lidah Alesha bergoyang. Ada sup ayam, sup buntut, sup iga, sup tunjang, dan sup kaki kambing. Ditambah dengan es pisang ijo buatan bunda tersayang. Sungguh santapan mantap untuk sore ini.
“Bunda tau aja kalau Alesha lagi laper,” ujarnya tertawa kecil. “Tapi kayaknya perut Alesha nggak akan muat kalo ngehabisin ini semua, Bund,” imbuhnya terkekeh.
“Siapa bilang ini semua buat kamu?” tanya Bunda.
Alesha menatap Bundanya serius. “Maksud Bunda apa? Terus makanan sebanyak ini buat siapa?”
“Setelah ini, kan, ada tamu yang akan datang ke rumah kita, Alesha,” kata Bunda sambil sibuk mondar-mandir menyiapkan ini, itu.
Alesha mengangguk saja walaupun masih belum mengerti siapa tamu yang dimaksud bundanya. Dari arah yang tak jauh dari mereka berdiri, seorang pria paruh baya mendekatinya.
“Oh ya Alesha, cowok kemarin siapa namanya? Si A-ajam? Dia belum datang juga?” tanya Ayah Yusuf.
“Namanya Azzam, Yah. Bukan Ajam,” kata Alesha membenarkan. “Mungkin sebentar lagi juga sampai. Soalnya mau beli sesuatu dulu katanya.”
Ayah Yusuf mengangguk-angguk. “Gimana, Bund? Udah siap semuanya?”
Alesha membulatkan matanya. “Jadi, ini semua untuk Azzam, Yah, Bund?”
Bunda Aisya tersenyum. “Iya, sayang. Kan kita harus memuliakan tamu. Meskipun cowok itu kemarin membuat kesal Ayah dan Bunda, tapi kita harus tetap menghargainya sebagaimana dia menjadi tamu di rumah kita nanti.”
Alesha sangat bangga dengan sikap kedua orang tuanya. Walaupun mereka belum suka dengan Azzam, tapi setidaknya mereka masih bisa berteguh hati. Alesha malu dengan dirinya sendiri. Karena ia belum bisa mematuhi perintah kedua orang tuanya. Selalu menentang dan membantah.
Alesha sadar, perilakunya saat ini jauh berbeda dengan sebelum ia mengenal Azzam. Sesekali Alesha memang labil bahkan pernah tak terkontrol jika dihadapkan dengan sesuatu yang tak disukainya.
Melihat Ayah dan Bundanya yang begitu baik, Alesha memiliki harapan agar suatu hari nanti Azzam bisa merubah hatinya dan membawa pengaruh baik untuk Alesha. Tapi apakah Azzam bisa berubah kalau setiap malam saja dia pergi ke clubbing untuk mabuk-mabukan?
Mendadak lamunan Alesha hanyut begitu saja bersamaan dengan suara ketukan pintu di depan rumah yang terdengar keras. Siapa lagi yang datang kalau bukan pujaan hatinya?
Sebelum Alesha melangkahkan kaki menuju sumber suara, dengan cepat Ayah Yusuf mencekal tangannya. “Biar Ayah saja yang membuka pintu,” ucapnya sedikit membuat Alesha bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALON IMAMKU BADBOY
Teen Fiction"Gue minta sama lo. Jaga Alesha. Jagain dia selama 24 jam penuh ketika gue udah gak sanggup lagi bertahan." "Sesuai nama lo, jadilah raga untuk Alesha ketika rapuh. Buat gadis mungil itu selalu tersenyum tanpa beban." ____ "Selamat tinggal Alesha Hu...