BAGIAN 14

71 18 0
                                    

“Kumpulin anggota yang lain! Kita berangkat sekarang!” perintah Azzam.

Warjum atau biasa disebut Warung Mbok Jum kini ramai dipadati para bujangnya SMA Angkasa. Setelah pulang sekolah, di sinilah mereka berada untuk melepaskan penat dengan bermain catur, bernyanyi, mengobrol, merokok, dan segalanya mereka lakukan. Kecuali bermain wanita.

Karena tidak ada seorangpun perempuan yang berani melintas ataupun masuk ke dalam warjum ini. Karena jikapun ada, mereka sudah dipastikan akan masuk ke perangkap yang salah dan menjadi umpan mentah untuk para kadal ijo.

Berbeda dengan Azzam dan antek-anteknya. Mereka sekarang sedang fokus untuk menjalankan sebuah misi. Berdiri melingkar saling berhadapan satu sama lain dengan meja besar yang berada di tengah-tengah mereka. Azzam kini memimpin rapat untuk mengatur beberapa rencana.

“Gue sama Raja akan memimpin di depan. Dan yang lain harus tetap standby di posisi masing-masing yang udah gue jelasin tadi.”

“Dan lo Jamet, karena diantara kita—lo paling gak bisa diandalkan, jadi tugas lo hanya beliin kita konsumsi. Setelah misi selesai, makanan dan minuman harus sudah siap. Terakhir bonus mijitin kita semua.”

Jamal mendengus sebal. “Ya elah, si air zamzam, gak ada tugas lain ape? Sekali-kali gue di depan, kek. Lo tenang aja, gue kemarin baru belajar jurus baru sama Babe. Jurus tai kucing semriwing. Gue jamin semua musuh bakal mati kalo lawan gue.”

“Gak ada. Lo gak inget kemarin? Baru disenggol dikit aja, lo udah pipis di celana. Bau pesing,” hardik Azzam. Yang kemudian seisi ruangan dibuatnya ngakak seraya merangkul Jamal yang sedang ternistakan.

“Jangan bongkar aib gue juga dong. Di sini banyak orang, anjir. Mau ditaruh mana muka gue yang gantengnya kayak Oh Sehun ini. Sebel deh gue, ah,” gerutu Jamal tak terima.

“Bego kok dipelihara. Sehun mah batu berlian. Nah elu? batu bata di pinggir empang,” timpal Bintang.

“AGHHH MAMI TOLONG! HATI JAMAL OBAMA TELAH TERSAKITI.”

Suasana kembali serius setelah embel-embel receh itu berhenti. Azzam dengan suara beratnya kembali memimpin obrolan. Ia menatap satu per satu anggotanya secara bergantian.

“Inget! Jika lawan lemah, kita jangan gegabah. Tujuan gue hanya satu di sini. Menuntut keadilan. Kita harus hati-hati, jangan sampai menimbulkan kekacauan berat yang akan mendatangkan polisi.”

“Lo yakin kita bakal aman?” tanya Raja.

Azzam mengangguk tegas. “InsyaAllah aman, kalau kita main pintar dengan otak dan logika.”

Setelah menyusun taktik dengan matang, tak lupa mereka berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan disetiap rencananya. Dengan Raja yang memimpin.

“Untuk kelancaran, marilah kita berdoa menurut keyakinan masing-masing. Doa dimulai.”

“Amin.”

“Semua udah pada sholat, kan?” tanya Azzam sesekali menghisap rokoknya.

“Emang kudu ya?” tanya Jamal yang sok polos.

“Wajib bego!” seru Bintang menjitak dahi Jamal yang otaknya nol persen.

“Gak usah dijawab, Tang. Biarin si Jamal kaga sholat. Hatinya udah miskin iman. Pantesan hidupnya di ambang masalah mulu. Gue yakin, tuh, orang gak lama lagi,” ujar Raja menggantung.

Jamal menggaruk pelipis tak mengerti maksud Raja. “Gak lama?”

“Gak lama diambil Yang Maha Kuasa, bego!” sahut Bintang tertawa geli.

CALON IMAMKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang