BAGIAN 10

100 32 3
                                    

[ HELLOW! BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ]

[ SUDAH SIAP?? LET'S GET STARTED! ]

Sudah hampir satu jam Alesha menunggu. Azzam mengatakan jika hari ini ia berjanji akan mengantarkannya pulang. Tapi mana buktinya? Sampai sekarang batang hidungnya saja belum juga terlihat. Membuat gadis itu berdecak kesal. Bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali Azzam membuat Alesha seperti ini.

Sementara di sisi lain seorang pria berpawakan tegap tengah berdiri sedari tadi, dengan bersandar di pintu mobilnya. Memperhatikan Alesha yang sibuk sendiri memainkan ponsel. Laki-laki itu menunggu Alesha agar mau diajaknya pulang bersama. Tapi gadis itu tetap kekeuh menolak. Mungkin Ayah yang sudah menyuruh Raga untuk menjemput Alesha. Sangat menyebalkan.

“Enggak mau pulang sekarang? Sudah satu jam, loh, kita berdiri di sini,” ujar Raga.

Alesha mendengus. “Kalo lo mau pulang, pulang aja. Gue juga nggak butuh lo ada di sini,” ketusnya.

“Saya nggak bisa pulang sendiri, Alesha. Saya sudah berjanji sama Ayah kamu, kalau saya akan membawa kamu pulang,” balas Raga.

Alesha berdecak kesal lalu menatap Raga dengan malas. “Kenapa, sih, selalu bawa-bawa Ayah? Gue, tuh, nggak suka sama lo. Enggak ada rasa apapun. Gue gak kenal lo, begitupun juga sebaliknya. Percuma aja dijodohin kalo diantara kita enggak ada rasa cinta.”

Raga mengangguk, menerima setiap pernyataan yang keluar dari bibir Alesha. Rasa sesak di dadanya ia tahan. Tetap mengukir senyum agar terlihat baik-baik saja di depannya.

“Rasa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, Alesha. Cinta itu tidak ditanam, tapi cinta tumbuh dengan sendirinya. Dan saya yakin, suatu saat nanti kamu bisa mencintai saya dengan tulus.”

Mendengar itu membuat Alesha ingin muntah saat itu juga.

Well! Ternyata lo percaya diri juga ya?” Alesha memanggut-manggut mencoba mengerti. “Asal lo tau, bertumbuhnya rasa cinta itu juga butuh waktu. Dan itu enggak sebentar, tapi lama. Gue juga bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta sama orang asing kayak lo. Ngerti?”

Raga tersenyum. “Kalau begitu saya siap menunggu, sampai kamu bisa membukakan hati untuk saya.”

Demi apapun, setiap kali Alesha mendengar nada lirih milik pria itu hatinya seakan tersentuh. Bukan semesta yang menyuruh, tapi hati Alesha dengan sendirinya telah luluh. Ada getaran berbeda yang dirasakannya. Entah apa yang dikatakannya tadi mungkin sudah berlebihan. Namun, dengan tetap bersikap galak, jutek dan tak peduli adalah pilihan terbaik baginya.

Ting!

Alih-alih mengomel kembali, benda pipih yang digenggam Alesha telah mengalihkan atensinya. Sebuah notifikasi telah berbunyi. Alesha tersenyum riang melihat nama pengirim pesan.

Anak Buaya Kesayangan Alesha
Maaf aku baru ngabarin kamu. Ada urusan mendadak, jadi aku nggak bisa nganterin kamu pulang. Gapapa ya sayang?

Alesha memejamkan matanya sambil menarik napas dalam, mencoba untuk tetap tegar dan sabar. Ia tidak mau menampakkan wajah kecewanya di depan Raga. Bisa-bisa cowok itu malah meledekinya ketika tau kalau Alesha sedang tergosthing.

Alesha Humaira A.
It’s oke, gapapa. Lain kali kalo ada urusan mendadak kabarin aku secepatnya ya, biar aku enggak lama nunggu kamu di sini/ emot senyum

Anak Buaya Kesayangan Alesha
Makasih ya sayang karena sudah bisa ngertiin aku. Aku sayang kamu/ emot cium

CALON IMAMKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang