BAGIAN 12

83 27 21
                                    

Setelah pulang dari rumah Raga, Alesha terus menangis karena Bunda tak henti berpidato sana sini tentang sayur sop yang sengaja dibuat asin oleh si bungsunya itu. Bukan bermaksud apapun, tapi Bunda merasa sungkan dengan Om Malik dan Tante Lisa. Bunda tidak mau mereka menilai buruk tentang putrinya.

“Alesha maafin Bunda ya, sayang. Bunda tidak bermaksud ingin membuat kamu sedih,” ucap Bunda Aisya.

Alesha menatap kedua netra Bundanya. “Alesha enggak suka Raga, Bunda! Alesha nggak mau dijodohin. Di hati Alesha sudah ada laki-laki lain yang Alesha cinta. Yang Alesha sayang. This is my life. Alesha berhak memilih untuk bahagia,” ujarnya dengan nada gemetar menahan tangis.

Bunda menggenggam tangan Alesha, berusaha untuk membuat gadisnya tenang. “Bunda mengerti maksud Alesha, tapi apa yang sudah ditentukan oleh Ayah dan Bunda ini untuk kebaikan kamu, juga sayang. Bunda ingin kamu bahagia bersama laki-laki yang baik.”

“Alesha akan bahagia jika menikah dengan laki-laki yang Alesha cinta. Bunda dulu juga mempertahankan cintanya ke Ayah, kan? Saat itu Bunda menolak perjodohan. Bunda telah menolak laki-laki pilihan Eyang. Terus kenapa sekarang Bunda maksa Alesha untuk menikah dengan laki-laki asing seperti Raga?”

Mendengar itu, Bunda menjadi bungkam. Apa yang sudah dikatakan oleh gadisnya memanglah benar. Peristiwa beberapa tahun silam telah membuka memorinya kembali. Mengingatkan bahwa Bunda dulu tetap mempertahankan cintanya ke Ayah. Perjuangan antara dua insan yang saling cinta lalu menghasilkan sebuah keluarga yang bahagia.

Beberapa saat kemudian, sebuah ketukan pintu kamar mengalihkan atensi keduanya, disusul dengan suara dari seseorang yang berdiri di ambang pintu. “Permisi, Buk, di bawah ada Eyang putri yang baru saja sampai. Apa saya perlu memberitahukan pada beliau kalau Ibuk ada di kamarnya Non Alesha?” tanya Bi Endang.

“Oh, nggak usah, Mbok. Biar saya langsung ke bawah aja. Bilang pada Eyang, sebentar lagi saya turun,” kata Bunda yang diangguki mantap oleh Bi Endang.

Bunda Aisya mengelus lembut bahu Alesha. “Eyang datang. Kamu ikut Bunda ke bawah atau tetap di sini?”

“Nanti Alesha menyusul,” ucap Alesha kemudian Bunda mengangguk pelan lalu beranjak melenggang pergi.

Alesha terlihat melamun, pandangannya lurus ke depan. Ia berharap Bundanya akan mempertimbangkan ucapan Alesha tadi, lalu berbicara pada Ayah agar membatalkan rencana perjodohannya.

****

“Assalamualaikum, Mah,” ucap Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Assalamualaikum, Mah,” ucap Bunda.

Eyang Mami yang sedang menikmati suasana malam hari di halaman samping rumah pun menoleh. “Waalaikumussalam, Aisya anakku,” balasnya sambil memeluk Bunda untuk melepaskan rindu.

Eyang Mami adalah Ibunya Bunda yang tinggal di Yogyakarta. Mungkin beberapa hari ke depan, Eyang akan menginap di rumah ini untuk berlibur sekaligus bertemu dengan anak dan cucunya.

CALON IMAMKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang