Disarankan memutar lagu di mulmed pada bagian akhir part ini yaps. Biar bisa pas sama keadaannya, hehe:D
***
Semua terkesiap. Bagai disambar petir di siang hari, Azzam merasa dunianya seakan runtuh saat itu juga. Ia langsung diam tak bergeming melihat sosok kekasihnya berada pada orang yang salah. Azzam merasa lemas, sekujur tubuhnya seakan tak punya tenaga sedikitpun untuk kembali melawan.
Kini, Wili tersenyum penuh kemenangan. Sudah dari awal laki-laki itu menyusun rencana bejatnya. Memberikan pesan terror pada Alesha agar gadis itu datang dan masuk ke dalam perangkapnya. Ia mulai menceritakan kejadian awal saat Alesha berhasil diculik oleh anak buahnya.
“Buru-buru banget, emangnya mau ke mana?” tanya Raga masih fokus menyetir.
“Gue ada urusan. Nanti di depan situ ada pertigaan, lo langsung belok kanan, ya, Ga,” ucap Alesha yang diangguki cepat oleh Raga.
Sesampainya di sana, Alesha meminta Raga untuk memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Dengan perasaan tidak tenang, gadis itu segera membuka pintu mobil. Namun, belum sempat membuka pintu, dengan cepat tangannya dicegat oleh Raga.
“Mau ke mana?”
“Lo tunggu aja di sini. Jangan ke mana-mana.”
“Saya ikut kamu.”
Alesha menggeleng tegas. “Gak usah.”
Gadis itu pun keluar dari mobil dan melenggang pergi meninggalkan Raga tanpa pamit. Laki-laki itu mengernyit bingung, hatinya merasa ada yang janggal, kenapa Alesha masuk ke jalan sepi yang pusatnya para preman dan geng motor.
Setengah perjalanan, Alesha mulai merasa jika ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Seperti ada yang mengawasi dirinya. Ia terdiam, menghentikan langkahnya sejenak lalu menoleh belakang dan sekitar, tapi ternyata nihil tidak ada siapapun juga.
Bulu kuduknya seketika bergidik ngeri, ia mengusap tengkuk lehernya berkali-kali. Suasana sore ini benar-benar mencekam. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya, ternyata hari sudah hampir maghrib, rasa takutnya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya.
Alesha mencoba untuk tenang dan melanjutkan langkahnya. Namun, mendadak gadis itu mematung saat merasakan seseorang sedang memegang pundaknya dari belakang. Ia menoleh, dan sontak tersentak ketika di hadapkan oleh dua pria besar dengan pakaian yang serba hitam.
Kedua pria itu nampak menyeringai. Sungguh menakutkan. Ia ingin berteriak, tapi mulutnya dengan cepat dibekap. Kepalanya diselubungi oleh kain hitam, juga kedua tangan yang diikat.
Wili tersenyum licik dengan melirik Alesha sekilas. “Ternyata cewek lo cukup berani juga, ya, dateng ke markas gue?”
“Ck, lo mau apain dia, bangsat?! Lepasin Alesha!” geram Azzam tak tahan.
“Cewek lo ini cantik. Bikin hati gue tertarik,” goda Wili. Tangan nakalnya mencolek dagu Alesha. Demi apapun, gadis itu merasa jijik dengan Wili, ia menatap nanar ke arah Azzam. Cairan bening yang tergenang di pelupuk matanya menetes begitu saja.
“Cup cup cup, aku bilang jangan menangis, sayang. Aku, kan, jadi gak tega ngeliatnya,” ucap Wili mengusap lembut pipi mulus Alesha.
Apa dibilangnya tadi? Sayang? Cih, jika saja tangan gadis itu tidak diikat, ia tak segan-segan memukul, menendang, dan menampar muka bejat laki-laki itu.
Sudah muak rasanya, Azzam tak akan membiarkan Wili semakin menjadi-jadi. “Lo mau apa dari gue? Duit? Berapa mau lo? Ngomong sekarang sama gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
CALON IMAMKU BADBOY
Teen Fiction"Gue minta sama lo. Jaga Alesha. Jagain dia selama 24 jam penuh ketika gue udah gak sanggup lagi bertahan." "Sesuai nama lo, jadilah raga untuk Alesha ketika rapuh. Buat gadis mungil itu selalu tersenyum tanpa beban." ____ "Selamat tinggal Alesha Hu...