Pagi yang cerah. Secerah senyuman Alesha yang kini tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan antusias untuk sarapan bersama keluarga tercinta.
Pergi sekolah adalah hal terindah di hidupnya, bukan hanya mencari ilmu, tapi Alesha juga bertemu dengan seorang lelaki yang akan Eyang jodohkan dengannya. Dan Alesha tentu tidak akan menolak.
Sesampainya di ruang makan, tak lupa Alesha melakukan ritual pagi dengan menyapa keluarganya dan membagikan sebuah kecupan di pipi mereka secara bergantian. Terlihat Bunda sedang berkutat dengan pisau dan selembar roti yang ia siapkan untuk anak gadisnya.
"Ini bekal kamu jangan lupa ya, sayang," ucap Bunda sambil memberikan kotak makanannya.
"Mie instan enggak ada, Bunda?" tanya Alesha.
"Libur. Mie instan mulu, nanti ususmu bisa melar."
Alesha menghela napas dengan menganggukkan kepala patuh terhadap Bunda. Kemudian kotak bekal berwarna merah muda itu pun ia masukkan ke dalam tasnya. Sementara di sisi lain, Ayah yang baru saja selesai sarapan, sorot matanya langsung menatap Alesha dengan intens.
"Pokoknya Ayah masih nggak setuju kalau Eyang kamu, jodohin kamu sama si begajulan itu," ucap Ayah Yusuf.
"Bukan si begajulan, Ayah. Namanya Ahmad Azzam Al-Majda. Ayah ini kebiasaan suka ganti-ganti nama orang, deh," balas Alesha sesaat kemudian ia meneguk segelas susu.
"Kalau bukan begajulan terus apa?" tanya Ayah Yusuf menaikkan kedua alisnya. "Laki-laki urakan seperti Azzam yang tiap malam pergi clubbing untuk minum-minuman itu, terus kerjaannya luntang-lantung gak jelas di jalanan, balapan motor atau apalah itu-gak tepat kalau disandingkan dengan kamu yang terlalu baik, sayang."
Alesha diam tidak menjawabnya. Kalau saja bukan Ayahnya sendiri yang mengatakan itu, ia pasti sudah menaboknya. Enak saja Azzam dikatain urakan.
"Heh, heh! Jangan sembarangan, ya, kamu mencemooh laki-laki pilihan saya. Dia itu laki-laki baik. Mamah yakin itu. Kemarin buktinya-dia nolong Mamah yang hampir saja dibegal para preman. Itu artinya Azzam punya hati nurani yang baik ke orang tua," sahut Eyang Mami sambil menunjuk-nunjuk Ayah Yusuf dengan garpu di tangannya.
Alesha mengangguk antusias, setuju dengan pernyataan Eyang Mami. Ini kesempatannya mengambil hati Eyang untuk membantu membatalkan rencana perjodohannya dengan Raga. Satu orang telah berada dipihaknya sedikit membuat hati gadis itu tenang dan senang.
"Ingat, Yusuf, jangan menilai seseorang dari luarnya saja. Buruk di matamu belum tentu buruk di mata orang lain," kata Eyang Mami.
Kata Eyang, Ayah itu menantunya yang paling bandel. Jadi Eyang memang sengaja mengumpulkan beberapa quotes yang khusus untuknya. Walaupun Eyang Mami sudah berumur lanjut, tapi jangan salah jika ingatannya masih setajam silet.
Beberapa saat kemudian, seluruh orang di ruang makan itu mendongakkan kepala secara bersamaan ketika melihat Bi Endang datang dengan langkah yang tak santai.
"Ada apa, Mbok?" tanya Bunda Aisya.
"Itu, Buk, di luar ada tamu. Laki-laki. Katanya cari Non Alesha," jawab Bi Endang.
Mendengarnya membuat Alesha memutar bola mata malas. Ia tau siapa laki-laki itu. Sudah pasti si Raga kampret yang akan mengantarkannya ke sekolah. Siapa lagi kalau bukan dia. Pasalnya Ayah sudah memberikan jadwal tetap pada laki-laki itu untuk mengantar Alesha ke sekolah setiap pagi.
Dengan setengah niatnya, Alesha berjalan menuju ruang depan dengan perasaan kesal, malas, dan gregetan. Bukannya apa, tapi Alesha khawatir jika terus-terusan bersama Raga yang tampan, ia akan mudah terbawa perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALON IMAMKU BADBOY
Teen Fiction"Gue minta sama lo. Jaga Alesha. Jagain dia selama 24 jam penuh ketika gue udah gak sanggup lagi bertahan." "Sesuai nama lo, jadilah raga untuk Alesha ketika rapuh. Buat gadis mungil itu selalu tersenyum tanpa beban." ____ "Selamat tinggal Alesha Hu...