BAGIAN 7

109 40 0
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW DAN BERI BINTANGNYA🌟

Sepanjang perjalanan pulang, Alesha hanya diam membisu di dalam mobil. Ia masih kesal dengan Ayah dan Bunda soal perjodohannya tadi. Berkali-kali Bunda mencoba untuk mengajaknya mengobrol tapi tetap tidak ada respon balik dari putri bungsunya. Alesha mengalihkan pandangan dengan menghadap ke jendela mobil untuk menyembunyikan air matanya yang jatuh. Sesekali gadis itu mengusapnya tanpa diketahui Bunda.

Sesampainya di rumah, Alesha dengan cepat membuka pintu mobil dan berlari pergi menuju kamarnya. Ayah dan Bunda saling pandang. Mereka sebenarnya tidak tega melihat putrinya yang sesedih itu.

Kali ini Bunda akan berusaha kembali untuk mengajak Alesha berbicara secara empat mata. “Alesha..” panggil Bunda sambil mengetuk pintu kamar gadisnya.

“Alesha, ini Bunda, nak. Buka pintunya, sayang. Bunda mau bicara sebentar saja,” ucap Bunda.

“Bunda pergi. Alesha nggak akan bukain pintu. Alesha nggak mau ngomong sama Bunda, hiks… hiks...,” tangis Alesha pecah bersandar di balik pintu.

Bunda Aisya yang mendengar tangisan gadisnya pun merasa kasihan. Pasalnya Bunda tak pernah melihat gadisnya sesedih ini. Apalagi karena adanya perjodohan yang sudah direncanakan dengan serius oleh kedua belah pihak keluarga tanpa diketahui oleh putra dan putrinya masing-masing.

“Besok lagi aja, Bund. Biarkan Alesha istirahat dulu. Mungkin dia masih syok soal perjodohan yang mendadak tadi,” ujar Ayah Yusuf.

“Tapi Yah, apa lebih baik kita batalkan saja perjodohan itu? Karena Bunda nggak tega melihat Alesha sedih. Apalagi dia sangat mencintai Azzam,” ucap Bunda Aisya.

Ayah Yusuf mengangguk pelan. “Kita bicarakan besok saja ya. Ayah yakin dengan berjalannya waktu Alesha akan menerima perjodohan ini. Lagipula ini yang terbaik untuk putri kita agar mendapatkan calon imam yang bisa membimbingnya ke pintu surga.”

Alesha mengangkat pandangannya menatap lurus ke depan bersamaan dengan cairan bening di kelopak matanya yang terhenti seketika saat mendengar ucapan Ayah barusan.

Alesha tahu tujuan Ayah sebenarnya baik. Tapi kenapa Alesha harus dijodohkan dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya. Kini berbagai rasa telah bercampur aduk. Kecewa, sedih, marah, kesal semuanya ingin Alesha luapkan saat itu juga.

Seisi kepala rasanya penuh dengan kebingungan. Di satu sisi ia tidak ingin menjadi anak yang durhaka jika menolak permintaan orang tuanya selagi itu memiliki tujuan baik. Namun di sisi lain hatinya juga bukan untuk pria pilihan Ayah dan Bunda. Kenapa Alesha berada dalam keadaan seperti ini, Tuhan?

“Alesha, jangan lupa sebelum tidur ambil wudhu terus shalat Isya’ dulu ya, sayang? Biar tidurnya nanti bisa nyaman. Maafin Bunda dan Ayah hari ini,” ucap Bunda lalu pergi dari sana.

Setelah semuanya berlalu dan malam sudah semakin larut, tapi Alesha belum bisa tidur juga. Hingga akhirnya ia beranjak dari kasur dan menuju balkon kamarnya. Gadis mungil itu kini terlihat melamun bertumpu dengan dagunya. Raut wajah yang tak bisa diartikan sebab banyak yang gadis itu pikirkan.

Menghembuskan napas pelan secara berulang sedikit membuat Alesha rileks. Ia menatap langit malam dengan sendu. “Langit, bisakah kau turun dan berbicara pada Ayah dan Bunda? Bilang sama mereka kalau Alesha enggak mau dijodohkan dengan pria pilihannya.”

Selesai menghirup napas segar di luar, Alesha pun kembali ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. Jam telah menunjukkan pukul 00.00, itu artinya ponsel Alesha akan segera berdering. Dan Alesha tahu siapa penelpon di tengah malamnya.

Alesha Humaira A.
Halo?

Anak Buaya Kesayangan Alesha
Belum tidur?

CALON IMAMKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang