06. Adik

1.5K 286 26
                                    

Mungkin banyak orang yang menginginkan posisiku. Menjadi asisten dari seorang aktor terkenal bernama Yohan Addison. Namun satu hal yang mereka tak tahu, terkadang aku akan menjadi pelampiasan segala kekesalannya. Beruntung Yohan memiliki samsak tinju di kamarnya, jika tidak mungkin sudah habis babak belur aku dibuatnya.

Yohan adalah seseorang yang tempramental. Tidak jarang ia membanting barang yang tidak ia sukai, atau saat ia sedang marah. Kami semua penghuni rumah ini sudah terbiasa dengan tabiatnya itu. Susah jika berhadapan dengannya, kau akan dibuat tak berkutik.

Namun pernyataanku diatas tidak sepenuhnya benar. Hari ini rumah Yohan terasa agak ramai dari sebelumnya. Bi Murti mengatakan jika ayah dan ibu Yohan datang kemari. Aku mengamati mereka dari sudut dapur. Terlihat normal saja. Yohan juga nampak menyambut mereka berdua dengan sangat baik. Terlalu baik malah.

"Bi, bos bisa duduk tenang juga ya?" Ucapanku membuat bi Murti tertawa.

"Bisa dong, kan den Yohan tuh aslinya baik, ramah, suka menolong." Bi Murti memuji.

"Tapi kok kalo sama aku ketus terus ya bi?"

"Mungkin kamu bikin dia gemes jadi gregetan gitu." Bi Murti terkikik. Aku cemberut, memilih meninggalkan bi Murti dan memandang bunga-bungaan di halaman dekat dapur.

"Ekhem." Terdengar deheman yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Kulihat sosok pemuda yang tak pernah kulihat di rumah ini. Sesosok bertubuh tinggi, mungkin setinggi Tio dan berambut cepak. "Lo siapa?"

Aku berdiri dan menatap pemuda ini. "Sena, asisten Yohan." Ucapku dan membalas uluran tangannya.

"Oh, Yohan punya asisten juga ya." Pemuda ini bermonolog. "Udah berapa lama? Kok gue baru liat lo disini?"

"Hampir tujuh bulan, mas. Mas ini siapa ya kalau boleh tau?"

"Gue? Gue adiknya Yohan. Nama gue Alex."

Aku membulatkan mulut tanda mengerti. Jadi ini yang adik yang diceritakan Tio. Sekali lihat saja orang bisa menilai betapa tengil wajahnya itu.

"Kalo gue jadi artis, lo mau jadi asisten gue juga?"

"Maaf?" Aku tak salah dengar kan? Apa yang ia maksud dengan 'juga'? Aku adalah asisten Yohan. Hanya Yohan tak ada yang lain.

"Lex, mama papa mau pulang." Yohan memanggil adiknya dengan nada malas. Terlihat jika Yohan tak menyukai keberadaan adiknya itu. Jika boleh dikatakan Alex cukup tampan, tapi jauh lebih tampan Yohan tentunya. Ketampanan Yohan itu benar-benar jauh dari level manusia.

Alex mengangguk, mengikuti langkah Yohan. Namun sebelum itu ia menyelipkan sesuatu kedalam tanganku. Sebuah kertas post it dengan sederet angka berisikan nomor teleponnya.

"Lo save oke?" Pemuda itu bahkan mengedipkan matanya. Aku bergidik. Berniat membuang kertas itu namun urung kulakukan. Kusimpan post it berwarna kuning cerah itu ke dalam saku celanaku.

Siapa tahu suatu hari nanti aku membutuhkan bantuannya.

***

Semenjak keluarga Yohan pulang, bosku itu hanya diam. Memandang televisi yang menampilkan acara komedi, namun raut wajah serius yang kudapati. Aku yang sedang mengelap guci di samping televisi bahkan beberapa kali memastikan. Auranya gelap dan mematikan, sebisa mungkin jangan sampai mengganggunya.

Terdengar suara bel di pagar depan. Tak lama Pak Herman masuk membawa sesuatu di tangannya. Rupanya barusan itu kurir paket. Setelah berterima kasih akupun menyerahkan paket itu kepada Yohan.

"Bos ada paket." Bos menggumamkan sesuatu yang tidak aku dengar. "Ini bos paket."

"Taroh! Gue bilang!" Aku terdiam. Barusan itu Yohan berteriak kencang sekali. Aku menaruh paket itu dengan perlahan di atas meja. Tanpa berkata apapun aku melanjutkan pekerjaanku mengelap guci antiknya.

Senandika [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang