Party yang dimaksud disini bukanlah acara gila-gilaan atau semacamnya. Yohan membawaku ke suatu tempat, aku tak tahu namanya apa tapi sejenis villa milik temannya. Tio tak ikut karena ada pertemuan dengan petinggi entertainment yang menaungi Yohan.
Setelah satu menit berasa disana aku baru menyadari jika hampir semua orang di tempat ini adalah orang yang sering aku lihat di televisi. Serius Yohan membawaku kesini?
"Lo jangan minum, jangan jauh-jauh juga. Oke?" Aku mengangguk-angguk mengerti. Berada jauh dari Yohan adalah pilihan terkonyol untuk saat ini.
"Aku gak ngerti juga bos, gak pernah ke acara kayak gini." Ucapku yang dibalas lirikan tajamnya.
"Ck, makanya lo ikutin gue ya!" Persis anak ayam akupun hanya mengikuti kemana arah Yohan melangkah.
"Minuman kayak gini tuh ada alkoholnya." Yohan menunjukan gelas berisi minuman berwarna cerah. Aku mengangguk-angguk meski tak begitu ingat. "Lo ati-ati kalo ada yang nawarin liat dan cermati dulu."
"Iya." Balasku singkat. Aku meneliti gelas-gelas dengan minuman berwarna-warni diatas meja. Gelas tersebut ditumpuk hingga empat tingkat. Hebat juga yang menata benda ini, bisa menjulang seperti ini, tanpa goyah sedikit pun.
Aku berbalik dan tak mendapati Yohan dimanapun.
'Mampus.' aku menepuk jidat. Bisa kena omel tujuh hari tujuh malam kalau begini caranya.
Setelah bermenit-menit mencari sosok Yohan aku pun menyerah. Aku memilih menyusuri kolam renang yang berada di sisi samping rumah itu. Sangat sepi karna udara yang dingin membuat siapapun enggan kemari. Aku mencelupkan kedua kaki telanjangku ke dalam air yang terasa amat dingin. Sesaat aku bergidik namun dengan cepat dapat menguasai diri. Andai Tio disini, mungkin aku tidak akan seperti 'anak hilang' begini.
Air beriak ketika kugerakan pelan kedua kakiku. Dari air kolam, samar kulihat pantulan seseorang berdiri di belakangku. Yohan menaruh dua gelas berisi air berwarna kuning agak orange yang kutebak berisi es jeruk tepat di antara kami.
"Gue nyariin lo." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Tanpa permintaan maaf ataupun penjelasan, yah aku pun tak begitu mengharapkannya. "Lo pasti bosen, kan?"
Aku menghela napas. Sejujurnya iya, namun daripada bosan aku lebih mengarah kesepian dan tak tahu harus berbuat apa sih.
"Aku gak tahu harus gimana, bos. Belum pernah ke pesta beginian sih." Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, menatap Yohan malu. Bosku itu balas menatapku datar. Ia memandang langit yang gelap tanpa bintang satupun.
"Gak usah bohong. Gue juga aslinya bosen kok! Cuma terlanjur ngeiyain doang. Formalitas lah. Kalo gue gak dateng bakal susah dapet job lagi." Yohan menyilangkan kaki dan meneguk gelasnya. "Mana kagak jelas semua yang ada disini, pamer semua anjir." Keluhnya. Pemuda itu terlihat merogoh-rogoh mencari sesuatu. "Rokok gue bawa gak ya? Lo inget gak?"
"Seinget aku bos taro di dashboard." Aku berusaha mengingat. "Putih kan warnanya?" Yohan terlihat pasrah. "Aku ambilin bos, sini kuncinya."
Yohan mengangkat alis, "Serius? Yaudah nih." Setelah meyakinkan bahwa aku akan mengambilnya ia menyerahkan seuntai kunci ke tanganku. Akupun bergegas menuju parkiran yang berada tak jauh, hanya posisinya yang berada di bawah membuatku harus berhati-hati karena jalannya yang licin.
Lampu jalan yang berkedip membuat aku terpaksa mengeluarkan handphone dan menyalakan flash. Dengan hati-hati aku menyusuri jalan berlumut agar sampai ke mobil bosku dengan selamat. Kan gak lucu jika aku jatuh disini. Setelah rokok beserta korek Yohan sudah ku kantongi, aku pun bergegas kembali sebelum Yohan mengomeliku karna terlalu lama. Samar-samar kudengar suara seorang atau lebih? tengah membicarakan sesuatu. Dari nadanya sih laki-laki dan perempuan. Aku mengangkat bahu dan tak berniat menguping. Kudengar mereka semakin mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika [bxb]
General FictionTerjebak bersama aktor 'palsu' sama sekali bukan tujuan hidup Sena. Boyslove/BL/Fiction ©Byolatte