Liburan. Yippie!
Sebenarnya ini adalah pekerjaan, namun berkedok liburan. Yohan mendapat job untuk syuting iklan di Lombok. Tempat yang sangat ingin aku kunjungi.Ngomong-ngomong, aku dan Rangga sempat bertukar kontak. Ia bahkan mengirimkan potretku dengan resolusi super HD. Hasil jepretannya sangat bagus hingga aku tak mengenali diriku sendiri. Rangga bilang kameranya itu jujur, jadi sebenarnya diriku inilah yang dilihat orang setiap harinya. Saking bagusnya aku menjadikannya sebagai wallpaper handphoneku.
Aku dan Yohan berada di pesawat. Tio akan menyusul karena ada beberapa yang harus ia urus. Bosku itu nampak tampan dengan kacamata hitam yang bertengger diatas hidung mancungnya. Menyamarkan lingkaran hitam hasil dari pekerjaan malam sebelumnya.
Yohan mengunyah permen karet sesaat sebelum ia jatuh tertidur. Aku tidak tahu ini wajar atau tidak, tapi ia selalu memakan sesuatu yang manis sebelum tidur. Tapi aneh giginya tidak pernah mengalami masalah serius. Mungkin karena perawatan rutin dan mahalnya itu.
Aku terhenyak sesaat. Pesawat sebentar lagi tiba di bandara. Satu setengah jam waktu perjalanan serasa sekejap mata.
Yohan telah terbangun dan merapikan penampilannya. Begitupun denganku yang merapikan rambutku yang agak berantakan. Setelah itu kami memesan taxi menuju hotel yang sudah dipesan Tio untuk kami.
Tio memesan dua kamar. Satu kamar single bed untuk Yohan dan satu kamar double bed untukku dan Tio.
Yohan berpesan agar jangan menganggunya sampai Tio datang dan aku dengan senang hati menurutinya. Kapan lagi aku bisa terbebas dari gerutuannya itu? Aku memekik dalam hati.
Setelah kupastikan semua pakaian Yohan tergantung rapi di kamarku dan Tio, aku berniat berjalan-jalan di sekitar hotel sembari menunggu kedatangan Tio. Tak lupa kubawa handphone dan dompet, sekedar berjaga-jaga jika Yohan membutuhkan sesuatu.
Saat tengah duduk menikmati awan aku mendengar sebuah siulan.
"Cowok godain kita dong!" Aku menoleh dan seketika tawaku meluncur begitu saja. Tio dengan rambut berantakan tersapu angin terasa menggelikan bagiku. Ia menaiki ojek dan membayarnya.
"Kenapa naik ojek mas?" Tanyaku penasaran. Aku membantu membawakan tasnya namun dengan cepat ia menolak.
"Biar cepet. Yohan kemana?"
"Kamar. Istirahat." Balasku pendek. Menyusuri pelataran hotel tempat kami menginap. Tio mengangguk sebagai jawaban.
"Tiga hari ini bakal sibuk, persiapakan diri jangan sampe sakit, ya?" Sebelum mendahuluiku Tio menyempatkan mengusap rambutku. Kenapa dia sering melakukannya ya?
***
Iklan kali ini adalah sandal jepit yang cocok digunakan di pantai. Tentu saja latar pantai lombok yang indah menjadi kunci utama iklan ini. Aku menatap Yohan dan seorang aktris wanita yang menjadi lawan mainnya tengah diberi arahan oleh sutradara.
Tio duduk di sebelahku, ia juga menatap pemandangan yang sama.
"Kadang aku mikir, Yohan kenapa bisa sekuat ini?" Aku menoleh tak paham dengan apa yang dikatakan Tio. "Aku bilang ke kamu aja ya, karena aku rasa kamu bisa menjaga rahasia ini." Aku mengangguk ragu tanpa bicara.
Tio berdehem. "Sebenarnya yang kamu lihat di media itu orang tua angkatnya." Aku membulatkan mulut terkejut. "Hampir setengah dari pendapatan Yohan diberikan pada orang tua angkatnya itu." Tio meminum air mineral. "Yohan tidak keberatan dengan hal itu, tapi orang tua angkatnya selalu menghubunginya dan mengingatkan hal itu. Setiap bulan, setiap minggu setiap hari." Aku memandang Tio tak berniat memotong ucapannya. "Puncaknya saat anak dari orang tua angkatnya itu memaksa agar menjadikannya sebagai public figur. Jelas Yohan menolak, menjadi dia tidak seenak yang terlihat, kan?" Aku tanpa sadar mengangguk."Yohan hanya tak mau adiknya menjalani hidup seperti dia saat ini. Biarlah dia yang bekerja, mencari nafkah, menghidupi orang tua dan adiknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika [bxb]
General FictionTerjebak bersama aktor 'palsu' sama sekali bukan tujuan hidup Sena. Boyslove/BL/Fiction ©Byolatte