Do'a Disepertiga Malam

17 2 0
                                    

~ikhlas~
Terpaksa lalu terbiasa

*****

"Assalamu'alaikum" pesan dari Zahra

"Wa'alaikumsalam dede" jawab mas Dimas

"Apa kabarnya mas ? Kalau ada berita bahagia mbok ya kabar-kabar"

"Alhamdulillah luar biasa sangat baik de. Dede gimana ?"

"Alhamdulillah baik. Mas kemarin kemana ? Kok tokonya tutup ?"

"Hehe kemarin mas abis nikah de. Maaf ya mas belum sempat ngabarin"

Jleb...Sakit tak berdarah seperti disayat dan hancur berkeping-keping hati Zahra. Terkulai lemas tak berdaya badan Zahra yang sedang berada di atas kursi bus tersebut. Handphone yang sedang di pegangnya pun jatuh seketika ke bawah kursi hingga menimbulkan suara dan membuat penumpang disekitarnya melihat ke arah Zahra, dan mendapati Zahra sedang setengah sadarkan diri.

Pernah sakit, tapi tak pernah sesakit ini. Pernah cinta, tapi tak pernah sedalam ini.

Bagaikan Hujan badai, angin ribut, halilintar yang menyambar hati Zahra. Begitu kilat, cepat, bertubi-tubi sakit yang dirasa. Belum sembuh luka yang dirasakan sejak perpisahan itu, kini hatinya ditimpa kembali oleh kepedihan yang makin mendalam. Pupus sudah harapan Zahra. Kini antara ia dan mas Dimas telah terbentang jeruji tembok besar. Haram hukumnya untuk melampaui batas tersebut.

"Mba, mba, mba gapapa mba ?"

"Emm gapapa maaf, saya hanya sedikit pusing saja"

"Ini handphonenya mba tadi jatuh"

"Terimakasih ya mas"

"Sama-sama mba"

Mata Zahra menatap tajam dibalik jendela bus. Terbayang wajah mas Dimas dibalik kaca jendela tersebut seakan ingin mengatakan bahwa wajah yang sedang Zahra bayangkan itu adalah seseorang yang sangat ia benci. Alam seperti ikut menangis, hanya hujan deras dan angin malam yang sangat dingin yang mengiringi perjalanan Zahra.

"De, mas mohon maaf sekali sama kamu. Tolong kamu jangan benci sama mas ya. Mas melakukan ini semata-mata untuk kebaikan kamu dan kebaikan mas" WhatsApp dari mas Dimas

"Semoga sakinah mawadah warahmah ya mas. Mas nikah sama orang mana ?" Jawab Zahra berusaha tegar

"Aamiin Ya Allah de, semoga Dede cepet nyusul dan bisa dapat yang lebih baik dari mas ya. Orang Serang de. Mas ta'aruf sama dia selama 3 Minggu dan kita langsung menikah"

Semakin sesak dada yang dirasakan Zahra, ia tak sanggup lagi membalas pesan mas Dimas. Tanpa pikir panjang, Zahra memblokir kontak whatsapp mas Dimas dan menghapus nomor mas dimas. Sejak 3 Minggu yang lalu mas Dimas memutuskan hubungan dengannya, dimulai saat itu pula mas Dimas menjalankan proses ta'aruf dengan wanita lain. Begitu singkat dan kilat perkenalannya. Mas Dimas berani mengambil langkah untuk menikahi wanita yang baru 3 minggu ia kenal.

"Hallo kak kiaaaa" Zahra menelfon kak Kia untuk meluapkan rasa sesak di dadanya

"Hallo Zahra, Zahra kenapa Ra ? Kok nangis ? Hallo hallo, zahraaa lagi dimana Ra ?" Jawab kak Zazkia panik

"Kak kii iii aaaaaa" suara Zahra tersendu-sendu menahan Isak tangis

"Zahra ada apa sih Zahra kok nangis ginii"

"Mas Dimas kak"

"Mas Dimas kenapa ?"

"Mas Dimas udah nikahhhh"

Ku Ikhlaskan Karena-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang