Awal Desember 2019, Zahra mulai bekerja menjaga toko sembako di pasar, kios milik om Agus. Hari pertama kerja, Zahra masih amatir dan harus belajar banyak untuk menghafal semua macam nama bahan dan daftar harga yang dijual di toko tersebut. Butuh 3 hari untuk training, dari menghafal nama, harga, tempat penyimpanan, membuka dan menutup toko. Akhirnya hari keempat, zahra mulai mandiri buka toko tanpa didampingi oleh om dan buliknya.
Pagi-pagi buta, jam 5, Zahra berangkat dari rumah om Agus, karena mulai sekarang Zahra menginap dirumah om Agus supaya lebih gampang komunikasi tentang perkembangan tokonya dengan om Agus. Hari pertama Zahra membuka toko sendiri, ia sedikit kesulitan dalam membuka pintunya.
"Ahh sial, perasaan kemarin gampang-gampang aja deh, kenapa sekarang susah gini sih, haduhh ga nyaman banget ini sambil naik-naik meja lagi, mana baju aku pendek lagi" gumam Zahra sambil mengoprek ngaprek pintunya.
"Itu orang ngapain lagi nngeliatin doank, bukannya bantuin kek, arghhh" batin Zahra sedikit kesal saat melihat seorang pria tetangga tokonya yang hanya melihatnya kesusahan membuka toko, tanpa ada niatan untuk membantunya.
"Mas, bisa minta tolong ga sih, bantuin bukain ini pintunya susah banget" akhirnya Zahra memberanikan diri untuk meminta bantuan pria tersebut
"Coba sini saya coba ya" jawab si pria yang bernama Dimas sambil mencoba membuka pintunya
"Duh kok susah ya, saya biasa bantuin bukain toko ini kalo mba kasih (istri om Agus) yang jaga, tapi itu dulu sebelum pintunya diganti jd yang baru, sekarang udah diganti yang baru, saya ga pernah bantuin lagi, jadi bingung, soalnya ga biasa" kata si pria itu ngomong terus sambil mencoba terus
"Oh gitu, gimana atuh yaa hhmm" zahra yang mulai putus asa.
"Nah Alhamdulillah akhirnya bisa" dengan semangat si pria terus mencobanya
"Alhamdulillah Ya Allah. Makasih ya mas" kata Zahra dengan nada dan senyum manis andalannya
"Iya sama-sama" Jawab si mas dengan senyum sedikit manis juga dengan gigi gingsul khasnya
Hari pertama jaga toko sendirian, lumayan melelahkan dan seru banget, banyak pengalaman yang didapat, bisa bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam sifat dan wataknya, dari yang serius, ramah, yang genit juga ada, yang kepo tentang Zahra karna menganggap Zahra ini anak om Agus yang sulung, karna dianggap mirip, maklum namanya juga sodara sepupuan. Dari berbagai macam karakter itu, Zahra tetap pasang muka seramah mungkin dengan pembeli, dia selalu tersenyum saat melayani pelanggan-pelanggannya.
Tidak sedikit juga laki-laki yang suka modus baik dari pembeli sendiri maupun dari penjual pasar sendiri, dari yang muda maupun yang tua. Semuanya dianggap biasa oleh Zahra, dia tetap fokus melayani pembelinya.
Ada pelanggan yang setiap hari membeli bahan baku soto di toko om Agus, dia penjual soto. Sebut saja om gondrong, umurnya seumuran sama om Agus. Tidak seperti biasanya dia pagi-pagi datang ke toko, biasanya dia datang setelah dhuhur.
"Loh om mau ngapain kesini" kata Zahra meledek ke pelanggannya dengan ceplas ceplos
"Loh saya kangen loh sama kamu" jawab om gondrong dengan menggoda dan senyum lebar
"Haduhhhh" jawab Zahra
"Lah Yo saya mau beli lahh, kalo ga boleh ya udah saya balik lagi deh" kata si om gondrong dengan nada candaan
"Haha orang tumben-tumben amat jam segini udah kesini, disiapin juga belom barang-barangnya (pelanggan yang ini emang sedikit diperlakukan khusus, karna suka belanja banyak, dan belanjaannya tidak jauh beda dengan yang sebelum-belumnya, jadi sebelum ia datang selalu disiapkan dahulu kebutuhannya supaya cepat tinggal menghitung tanpa harus menyari barangnya lagi, kalo kurang tinggal ditambahin, kalo lebih tinggal dikurangin)" kata Zahra sambil nahan ketawa
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Ikhlaskan Karena-Nya [END]
EspiritualCinta beda Manhaj Ikhlas diibaratkan seperti membuang kotoran, tidak pernah kita ungkit dan sesali keberadaannya. Menceritakan kisah cinta antara dua sejoli, Zahra dan Dimas. Namun sayang, mereka tidak ditakdirkan bersama. Antara mengikhlaskan atau...