Satu Minggu berlalu, tidak terasa Zahra sudah seminggu berjualan di toko om Agus. Zahra semakin akrab dengan pelanggan dan tetangga-tetangga tokonya.
Suatu ketika, Zahra sedang duduk sambil menunggu pelanggan yang datang, tiba-tiba mas Dimas menghampiri toko Zahra, sekedar mengajak ngobrol.
"Zahra dulu kuliah di Bandung ya ?" Tanya mas Dimas
"Iya mas" jawab Zahra
"Jurusan apa ?"
"Dakwah mas"
"Wih jago berdakwah donk. Calon ustadzah rupanya"
"Ahh engga juga mas, nah ini nih yang kebanyakan orang salah prediksi, anggapannya jurusan dakwah itu mau jadi dai, padahal bukan tau, kalo jadi dai ada jurusannya khusus" jawab Zahra membela karna ga pede kalo disebut calon ustadzah
"Oh gitu ya, terus kalo jurusan dakwah nanti jadi apa ?" Tanya mas Dimas kepo
"Jadi orang haha" jawab Zahra ngeledek
"Oh emang sekarang bukan orang ya ?" Mas Dimas balas ngeledek
"Orang sih hehe. Engga sih, sebenernya jurusan aku ini prospek kerjanya nantinya lebih ke lembaga dakwah, jadi bagaimana cara mengelola lembaga dakwah, contohnya lembaga zakat, lembaga haji dan umrah, pesantren, kalaupun terjun ke da'i, dia yang mengelolanya yang memanage nya, jadi yang jadi da'inya ada sendiri" kurang lebihnya gitu sih mas" jawab Zahra dengan semangat menjelaskan
"Oh gitu ya, terus Zahra udah ngelamar kemana aja ? Katanya ke sini juga awalnya nyari kerja ya ?" Tanya mas Dimas dengan penuh kekepoan
"Zahra itu pengennya dilamar mas bukan ngelamar" sambung enci -tetangga toko mereka, dia keturunan cina sehingga dipanggil enci- ketika sedang melewati mereka yang sedang ngobrol berdua.
"Haha, emang iya Ra ?" Tanya mas Dimas kepada zahra
"Hha siapa atuh yang ga mau dilamar ?" jawab Zahra
"Tuh mas, lampu hijau, jangan sia-siakan. Kesempatan ga datang kedua kali. Tak dukung loh mas" jawab enci menambah ramai suasana
"Haha sabar loh ci, pelan2" jawab mas Dimas sambil mengangkat alisnya
Zahra hanya senyum senyum saja melihat obrolan mereka
"Hehe jadi gimana Ra ? Tadi udah sampe mana ngobrolnya ?" Tanya mas Dimas ketika enci sudah pergi
"Sampe Tangerang" jawab Zahra polos
"oh ya bener juga ya" jawab mas Dimas yang ga kalah polosnya sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Eh oh ya, aku boleh minta akun Instagram kamu ga ?" Tanya mas Dimas, mulai modus
"Boleh, search aja Zahraveronica ketemu ga ? Tanya Zahra sambil mengeja nama akun Instagramnya
"Engga Ra, mana sih susah banget namanya"
"Coba sini mana hp nya, aku ketikin" sambil menyodorkan tangan meminta hp
"Boleh nih" memberikan hp ke Zahra
"Nih ketemu"
"Oh iya makasih ya, widih banyak banget koleksi fotonya hehe, narsis-narsis banget, udah kaya selebgram aja hehe" ucap mas Dimas sambil nyecroll layar hp nya melihat-lihat koleksi foto Zahra
"Haha jangan diliatin ahh, malu jadinya" jawab Zahra dengan pipi merah
"Kamu suka nulis juga ya Ra ?" Tanya mas Dimas
"Engga juga ahh mas, malah belum pernah ngehasilin karya tulis selain makalah tugas kuliah. Kenapa gitu?" Tanya Zahra penasaran
"Kirain. Soalnya pinter bikin caption ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Ikhlaskan Karena-Nya [END]
SpiritualeCinta beda Manhaj Ikhlas diibaratkan seperti membuang kotoran, tidak pernah kita ungkit dan sesali keberadaannya. Menceritakan kisah cinta antara dua sejoli, Zahra dan Dimas. Namun sayang, mereka tidak ditakdirkan bersama. Antara mengikhlaskan atau...