1. SMAN 1 JOGJAKARTA

170 56 103
                                    

SMAN 1 Jogjakarta disinilah gedung pencarakar langit berada, SMA ini juga sering disebut sebagai SMA teladan,  mungkin karena siswa dan guru yang terbilang cerdas dan mampu membimbing siswanya dengan baik dan benar.

Disinilah Albab Aska Praditya berada, berjalan dengan tegap layaknya primadona sekolah,  mau bagaimanapun memang begitulah adanya. Panggil saja dia Albab tapi sering teman kelas dan warga sekolah yang mengenalnya sebagai Aska. Pria berbadan jakung, tegap,  tinggi,  putih,  beralis tebal,  rambut acak-acakan, dan jaket hitam yang membalut tubuhnya membuatnya semakin nampak glamor. Di sekolah yang baru dia jejaki sekitar satu minggu, ia mampu membuat sebagian siswi jomblo menatapnya, keinginan yang terpendam didalam diri mereka memiliki pangeran bak di cerita cinderella, tapi mau bagaimanapun sikap Albab pada mereka terbilang dingin, dan kaku.

"Albab boleh gak,  aku foto bareng kamu?"

Seorang siswi kelas X menghampiri Albab tanpa ragu.

Albab yang menatap siswi itu hanya diam tak berkutik,   sampai siswi itu berani mendekatkan diri disamping tubuh Albab, lalu mengeluarkan ponsel dari saku bajunya dan 'CEKREK', siswi itu berhasil mengambil foto dirinya dan Albab.

"Dasar gak sopan!" Sergah Albab kemudian melanjutkan jalan menuju kelas.

Dikelas sudah nampak sepi,  karena pelajaran sudah akan dimulai. Seorang guru berkumis tebal melintang duduk di kursi depan.

"Maaf pak,  saya terlambat."

Guru itu menoleh kearah sumber suara, melihat dari ujung kaki ke ujung kepala seakan telah melihat lelembut disekolah.

"Kamu Albab,  anak baru yang..."

"Iya,  pak."

"Belum saya selesai bicara main potong saja,  kenapa kamu terlambat?"

"Saya dihadang siswi didepan, sampai saya gak bisa lewat pak."

Sontak penyataan Albab membuat seisi kelas tertawa,  bahkan Pak Yono yang terbilang jarang sekali tertawa kini menyungingkan senyum sesaat.

"Aduh, Albab kamu ini memangnya artis sampai dihadang begitu,  saya saja yang mengajar disini berpuluh tahun gak ada yang menghadang saya, memangnya buat apa siswi itu memghadang kamu?" tanya Pak Yono kemudian.

"Dia hanya minta foto pak."

Alih-alih jujur malah jadi bahan tawaan,  seantero kelas ketawa lagi mereka menahan perutnya yang geli karena mendengar ucapan Albab.

"Albab, Albab kamu ini ngacok aja,  kamu ini kan bukan artis,  ngapain mereka minta foto,  ya sudah kalau begitu kamu saya hukum saja dulu, siapa tahu diluar kelas nanti kamu kejatuhan durian masak, berdiri di tiang bendera, sampai bapak bilang kamu masuk." Ungkap Pak Yono.

Albab hanya diam,  dalam hatinya, ia dongkol melihat guru yang satu ini.

"Kenapa diam,  udah sana lakukan!"

"I-iya, pak."

Albab berjalan dengan langkah gontai meuju lapangan upacara.

"Sialan, dasar guru gak tahu rasa capek!" Ocehnya,  Albab yang mengangat tangannya hormat pada tiang bendera sudah merasa lelah di setengah jam berdirinya.

Sinar mentari terus menyinari kepalanya, bahkan rasa pening kepalanya pun terasa sedikit menyiksa.

Jam pelajaran Pak Yono masih belum usai dan juga Pak Yono belum mempersilahkan Albab masuk ke kelas,  hingga pukul sembilan lebih empat puluh delapan detik.

Seorang siswi menghampiri Albab dengan percaya diri,  ia mengembangkan payung untuk menghalangi sinar matahari menerpa kepala Albab seharian.

"Ngapain sih,  pake acara gitu segala,  lagian kalau ada orang loe gak malu!" gertak Albab kemudian, setelah melihat siswi disampingnya menyelesaikan tugasnya.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang