4. BIMBANG

61 48 40
                                    

Malam ini, Albab dan Deffan berada di caffe cofe shop, mereka duduk dipinggiran yang mengarah ke jalan raya, menatap lampu berpijar dari kendaraan yang berlalu lalang.

"Al,  gue lihat loe udah akrab aja sama adek kelas kita, loe ada apa?"

"Gue,  ada apa sama dia maksud loe?" Albab menaikkan alisnya.

"Ya,  loe ada apa sama dia?"

"Enggak,  gue gak ada apa-apa,"

"Albab ketemu disini kita, loe disini juga,  dari kapan?"

Deffan bengong melihat cewek berpenampilan modis dan terlihat glamor itu, Albab yang sudah mengenalnya hanya sedikit terkejut karena ia akan ketemu lagi dengan wanita yang sama, di Jakarta ia dan wanita di depannya satu sekolah.

"Olif, ngapain loe disini?"

"Loh kok kaget ketemu gue disini,  loe gak suka ketemu gue lagi?"

"Bukan gak suka, kaget aja kenapa loe disini,  lagian loe ngapain muncul lagi,"

"Ihhh, loe kok gitu sih Al, oh iya kenalin dong sama gue,  dia siapa,"

Albab melirikkan matanya kearah Deffan yang duduk diam seperti anak TK.

"Oh iya,  ini Deffan sahabat gue." Dengan malas Albab mengenalkan Deffan pada Olif.

"Hay," sapa Deffan singkat.

"Hay juga,  boleh gue duduk bareng kalian?"  Olif hendak duduk, tapi Albab menatap ke arah Deffan untuk segera pergi.

"Tapi gue sama Al udah mau pulang,"

"Yah, tega ya kalian, kalau gitu gue bareng kalian boleh?"

"Lif,  gue sama Deffan pake motor satu,  gimana mau bareng sama loe,  sekarang gue sama Deffan mau cabut dari sini,  terserah loe mau pulang pake apa, ayo Def,  jalan!" Albab sudah tak mampu menahan emosinya, ia bangkit dan meninggalkan Olif sendirian dicafe.

"Ih,  Albab loe tega!" Olif menghentakkan kakinya dilantai,  tapi apa daya Albab dan Deffan berlalu tanpa memperdulikannya.

Perjalanan pulang tanpa suara, Deffan hanya memikirkan mengapa sesadis itu sikap Albab terhadap Olif wanita yang ia temui di caffe.

Usai mengantar Deffan pulang sampai rumah Albab memutuskan untuk ketaman kota,  ia menatap jam tangan yang melingkar di lengan kirinya,  jarum menunjukkan pukul sembilan lebih lima belas menit.

"Aaaggrrrhhh!" Albab meluapkan emosinya dengan berteriak,  orang-orang yang berada tak jauh dari Albab menatap heran.

"Gue ini kenapa, kenapa gue gak bisa!" Batin Albab,  seakan beban dalam hati dan pikirannya sangat berat dan sangat menganggunya.

Dari kejauhan, Disa melihat Albab yang duduk termenung,  semalam ini kenapa kakak kelasnya berada ditaman sendirian,  Disa melangkahkan kakinya menuju Albab berada.

"Kak Al lagi ngapain?"

Mendengar suara yang tak asing,  Albab menoleh kesamping kiri melihat Disa berdiri tepat dikursi taman.

"Loe ngapain disini?" bukan menjawab,  Albab malah balik nanya.

"Harusnya aku yang bilang ngapain Kak Albab ada disini, kak Albab lagi galau ya?" goda Disa,  ia tahu persis wajah Albab yang periang dan tidak.

"Ngapain sih loe kepoin gue mulu,  gak bosen!" Albab mengertak Disa,  tapi bukan menyusutkan keberaniannya,  tapi Disa malah ikut duduk disamping Albab.

Albab hanya melirikkan matanya, tanpa kata apapun tetap mempersilahkan Disa duduk.

"Kak, kakak tahu berapa jumlah bintang?"

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang