19. KEPUTUSAN

21 17 11
                                    

Malam minggu yang cerah hari ini bintang berhambur di langit membuat Disa tenang saat menatap kerlip bintang-bintang disana, tak hanya itu Albab dan Arham pun sudah berada dimana Disa sudah duduk memunggu.

"Disa!" Albab lari kecil menuju tempat Disa diikuti langkah kaki Arham membuntuti belakangnya.

"Kak Albab, Kak Arham, kalian berdua?" Disa tak menyangka kalau Albab akan benar-benar datang bersama Arham.

"Dis gue mohon loe jawab jujur untuk ketenangan gue saat ini dan selamanya." Ucap Albab.

"Loe mau kan jadi cewek gue?" Arham bertanya lagi untuk kesekian kalinya saat bertemu Disa.

"Disa tahu kalian sangat baik sama Disa, Kak Albab yang memang sejak awal Disa kenal, sejak awal Kak Albab yang membantu Disa, tapi sejak saat pertengkaran sederhana itu Disa sadar, Disa gak baik buat Kak Albab, Disa gak mampu buat Kak Albab bahagia sama Disa..."

"Tapi Dis, gue pernah bilang kalau gue suka sama loe sejak saat itu saat gue pertama kali jalan sama loe, loe lupa?" Albab mengingatkan kembali kenangan saat Disa bersamanya.

"Terus keputusan loe apa, loe pilih gue kan Dis?" Arham kembali menyela pembicaraan Disa dan Albab.

"Aku binggung, kalian sangat baik sama Disa tapi Disa malah bikin kalian sakit hati,  Disa gak mau kalian bertengkar cuma karena Disa, Disa gak mau kak." Disa tertunduk menatap tanah yang dipijaknya.

Saat ini tangan Albab dan Arham mengenggam tangan Disa, kanan Arham dan kiri Albab seakan mereka berharap penuh atas keputusan yang akan  Disa ambil.

"Keputusan apapun akan gue terima kalau loe bahagia sama gue, loe berhak pilih gue tapi kalau loe memang nyaman sama Arham silahkan loe pilih dia, gue ikhlas." Albab hendak melepas tamgannya tapi Disa semakin erat mengenggamnya.

Dari kejauhan Zain melihat Arham dan memghampirinya,  tak perduli sedang bersama siapa dia sekarang Zain seperti sudah kesetanan ingin menghabisi Arham.

"Woy, rupanya loe disini, bagus ya setelah loe sakitin Naura loe udah bisa ada cewek lain, sini loe!"

"Zain, loe ngapain ada disini?" Arham terdiam sesaat.

Zain dengan keras menarik kerah baju Arham dan menjauh dari Albab dan Disa.

"Loe gak mikir Naura itu cewek yang gue suka tapi karena gue menghargai persahabatan gue sama loe, gue serahin Naura sama loe tapi apa, ini balasannya, tega loe ba****t!"

Bugh... Bugh...

"Aaagggrrrhh,  sialan loe mana tahu gue kalau loe suka sama Naura, loe gak pernah cerita!" Arham menyangkalnya.

"Loe pikir Naura itu boneka loe yang pantes loe mainin kesana kemari, loe gak mikir hah sakitnya kayak apa!" Zain marah besar.

"Stop, kalian ngapain berantem disini, jangan main pukul orang, loe mau dikroyok orang sekitar sini hah!" Albab melerai Zain dan Arham.

"Siapa loe, gue gak kenal sama loe, urusan gue sama Arham bukan sama loe, loe tanya aja sama Arham kenapa gue sampai bisa semarah ini!"

Bugh!

"STOP HETIKAN!" Teriak Disa dari kejauhan.

"Jangan main pukul aja selesaikan semuanya dengan baik, kamu mau tanggung jawab kalau Kak Arham masuk rumah sakit hah! Terlihat jelas rasa khawatir terhadap Arham dimata Disa.

"Ohhh, jadi ini cewek baru loe yang akan jadi korban buaya loe lagi iya, mantap gue beri loe penghargaan setelah loe berhasil sakitin dia!" Zain bertepuk tangan atas kekecewaannya itu terhadap sahabatnya sendiri.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang