Arham kini sudah berada di pelataran rumah nampak begitu sepi, tapi mobil Satria berada di garasi yang terbuka lebar, itu pertanda kalau Satria berada di dalam rumah.
Arham dengan segera membuka pintu dengan kasar.
GUBRAK!
"PAPAH, DIMANA PERASAAN PAPAH HAH!" Arham kini sudah marah-marah. Membuat Satria jenggah dengan kehadiran Arham dirumahnya.
"SIALAN KAMU BERANINYA BERTERIAK DIRUMAH SAYA!" Satria berdiri menghadapi Arham. Matanya memerah seakan sudah sangat membenci putranya yang selama ini ia sayang.
"DIMANA HATI PAPAH HAH, ARHAM TANYA DIMANA HATI PAPAH, SAMPAI PAPAH TEGA MEMBIARKAN ALBAB BERJUANG SENDIRIAN, COBA PAPAH LIHAT KONDISI ALBAB SEKALI AJA!" Arham masih dengan nada tingginya.
"HEY, JANGAN BERTERIAK KAMU DIDEPAN SAYA, APA UNTUNGNYA SAYA MEMBANTU KAMU YANG GAK TAHU DIRI!"
PLAK...
Satria menampar pipi Arham. Arham hanya menyeringai kesakitan.
"APA UNTUNGNYA, PAPAH BOLEH BERBUAT KASAR SAMA ARHAM TAPI APA PAPAH GAK PUNYA HATI SAMA SEKALI, APA HATI PAPAH TERBUAT DARI BATU HAH!"
tangan Satria sudah sigap ingin memukul bibir Arham, tapi Arham berani menghalau tangan Satria hingga ia pun mengibaskan tangannya turun.
"KAMU ANGGAP APA, PAPAH KAMU SELAMA INI, KAMU PAPAH RAWAT HINGGA DEWASA SEPERTI INI, APA KAMU GAK MIKIR DUA KALI HAH, SEKARANG KAMU KEMBALI MEMOHON SAMA PAPAH, TIDAK SUDI SAYA MEMBERIKAN SETETES DARAH PUN PADA ANAK GAK TAU DIUNTUNG SEPERTI ALBAB ITU!" satria terus memaki Arham dan Albab.
"STOP PAH, JANGAN MEMBUAT ARHAM KEHILANGAN KENDALI, PAPAH TAHU, HARAPAN ARHAM SAMA PAPAH ITU BESAR, TAPI APA INI BAYARAN PAPAH TERHADAP ARHAM, PAPAH MACAM APA SEPERTI ITU, APA MASIH BISA DIPANGGIL PAPAH, TIDAK SUDI SAYA MEMANGGIL KAMU PAPAH LAGI!" Arham sedikit mundur dari papahnya.
GUBRAKK!
Arham mendorong meja kaca didepannya hingga terbalik dan pecah.
"ARHAM KURANG AJAR KAMU, BERANINYA MEMECAHKAN BARANG-BARANG SAYA!" Satria menghampiri Arham yang berdiri sekitar dua senti dari hadapannya.
"APA PAPAH MAU HAJAR ARHAM, SILAHKAN PAH, SILAHKAN PAPAH SEMAUNYA HAJAR ARHAM TAPI INGAT PAH, ANAK ITU LEBIH BERHARGA DIBANDING BARANG-BARANG INI!"
GUBRAK!
"ARHAM, BERANI KAMU YA!"
Arham kembali memecahkan vas besar kesayangan mamah tirinya yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri.
"Arham, vas mamah, mas kenapa diam aja!" Cintya yang mendengar keributan dilantai bawah langsung turun. Mendapati vas besarnya pecah ia pun murka.
"Apa, kamua jangan ikut campur sama urusan saya, ini menyangkut nyawa anak papah!" Arham langsung membentak Cintya.
"Laknat kamu Arham, kurang ajar kamu!" Cintya hendak memukul Arham tapi Arham lebih cekatan ia mendorong Cintya hingga terbentur anak tangga.
"Aaagrrhhh!"
"Arham, apa yang kamu lakukan!" Satria menghampiri Cintya yang terbekalai lemah dilantai.
"PIKIR PAH PIKIR, APA ARHAM INI BERHARGA BUAT PAPAH, APA PAPAH MASIH MENGANGGAP ARHAM INI ANAK PAPAH, KALAU PAPAH SAJA SUDAH ACUH TERHADAP ALBAB YANG JUGA DARAH DAGING PAPAH SENDIRI! Arham memukul-mukul dirinya sendiri.
"Arham kalau kamu papah sayang sama kamu, kenapa kamu tega membiarkan papah sendiri, kenapa?" Satria menurunkan nada suaranya. Terdengar isakan tangis membuat Arham bungkam, bukan berati ia mengalah tapi Arham mencoba memahami keadaan papahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI)
Novela JuvenilCinta hanya memberikan kesan pahit bagi Albab, saat seorang pria berada di dalam kehidupannya membuatnya semakin mwnjauh dari wanita yang ia kenal bahkan hampir menjadi kekasih pertamanya, tapi apakah Albab akan mundur dan memilih berdiam diri saat...
