8. PAPAH?!

46 35 23
                                    

Pulang sekolah telah tiba setelah tadi mengikuti pelajaran yang hanya berlangsung dua jam, kini semua siswa berhambur keluar kelas.

Bianka dengan teman sebangkunya langsung lari tanpa mempedulikan orang yang berjalan berlawanan arah menuju koridor sampai-sampai Bianka menabrak bahu siswi lain tapi tak ia pedulikan.

"Heh elo, tunggu!" Bianka berteriak setelah melihat sosok yang ia cari keluar dari kelas.

"Kakak panggil aku?"

"Halah udahlah gue tahu semuanya, loe jalan kan sama Albab gue, ada hubungan apa loe sama dia hah!" Bianka seperti kehilangan kendali, ia menekan pipi Disa dengan kasar.

"Auh kak sakit, lepasin!"

"Lepasin loe bilang, jawab dulu loe ada apa sama dia!" Bianka bicara penuh penekanan.

"Ngak ada kak, ngak ada apa-apa."

"Bohong loe, Gaes tahan dia!"

Kedua teman Bianka memegang tangan Disa sedangkan Bianka mulai mencoret wajah Disa menggunakan lipstik warna dan membuatnya seperti badut.

"Kak jangan kak, lepasin," Disa sudah menangis saat itu juga, tapi tempat yang saat ini mereka berada sudah nampak sepi karena Bianka berhasil menyeret Disa menjauh dari gerombolan siswa siswi.

"Jangan harap loe bisa dapetin Albab, dan jangan pernah loe cerita kalau yang lakukan ini semua itu gue, paham loe!" Bianka mendorong tubuh Disa sampai jatuh ke lumpur basah, karena memang saat ini pun hujan sudah tiba sedari berapa jam lalu.

Bianka dan kedua teman lainnya pergi dengan hati yang sangat puas, Bianka juga sudah puas selain melukis wajah Disa ia juga mengoresnya dengan pucuk bolpoint hingga darah keluar dari pipi halusnya.

Olif yang memang tidak satu kelas dengan Albab dan ia juga memang menyukai Albab tak rela jika Albab harus bersama dengan wanita lain, Olif mencari sosok yang ada difoto postingan Albab semalam tapi tak ia ketemukan, Olif berencana untuk melanjutkan pencarian esok pagi karena besok masih hari sabtu.

Disa pulang dengan wajah memar, air matanya tak henti keluar dan darah dipipinya juga masih mengalir Ratna terkejut melihat putrinya seperti itu, Ratna menghampiri Disa di sofa ruang tamu.

"Ya ampun Disa kamu kenapa, Nak?"

"Ibu,"

Disa tenggelam dipelukan ibunya, ia menangis saat itu juga, ia tak bisa menahan rasa perih yang ada di hati dan wajahnya saat ini.

"Iya, Nak ada apa cerita sama ibu, siapa yang tega lakukan ini semua?" Ratna mengusap punggung Disa.

"Aku gak tahu bu, tapi dia bilang Disa gak boleh deket sama Kak Al bu,"

"Kak Al yang kemaren main kesini sama kamu?" Ratna menerawang masa dimana Albab bersenda gurau dengan dipelataran rumah.

"Iya bu, ya udah kamu sabar aja, kamu jelasin besok sama Al ya dan apa maksud semua ini, udah kamu istirahat saja."

Ratna mengantar Disa sampai kekamar untuk membaringkan tubuh sebelum ia pergi mandi.

Disamping kejadian itu, dirumah Albab sudah ada pria tak jauh beda usia nya dengan Silvi yang duduk di sofa warna merah marun, tapi tak ada Silvi yang menemuinya sama sekali. Bahkan, Albab yang baru saja sampai rumah hanya mengucap salam dan senyum singkat pada pria yang berada di sofa.

"Ya allah Albab kamu sudah besar, Nak?"

Pria itu bangkit hendak memeluk Albab tapi Albab dengan segera menghindari pria itu.

"Maaf saya gak kenal sama bapak, mah Albab pulang." Albab lebih memilih menemui Silvi dan meninggalkan pria itu.

"Albab kamu pulang, dari tadi?"

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang