29. SADAR!

16 12 46
                                    

Di kamarnya Cintya sedang memandangi sebuah foto pernikahan, seakan matanya menyimpan dendam terhadap sepasang suami istri tersebut.

Satria menghampiri Cintya, ia memeluk istrinya dari belakang.

"Ada apa sayang?" Tanya Satria dengan lembut.

Belum sempat Cintya menjawab, Satria lebih dulu melihat lembar foto ditangan Cintya.

"Ngapain sih lihat foto itu lagi, itu masa lalu biarkan lah!" Satria melepas pelukannya.

"Kamu bilang biarkan, saya masih sakit hati mas, seenaknya saja dia memaki aku sebagai wanita kotor, dan apa mas bahkan gak sama sekali membela ku saat itu!" Mata Cintya mulai berlinang.

Satria mengusap pipi Cintya dengan kehangatan.

"Sudahlah,  yang penting sekarang kan ada mas disini, mas bersama kamu sayang." Satria mengecup pipi kanan kiri istrinya.

"Biarlah saya yang akan membalaskan dendam hati saya yerhadapmu, dan rasakan pembalasan pertamaku terhadap anak kesayanganmu itu, Silvi!" Cintya mengancam di depan foto Silvi.

Ia meremas lembar foto kecil itu lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Inilah tempat yang pantas kamu singgahi Silvi!" Cintya masih menatap tajam kebawah, foto yang kini berubah menjadi serpihan kecil,  menggambarkan hatinya yang hancur karena ulah Silvi.

"Sudahlah ayo tidur, sudah larut malam ini." Satria memeluk pinggang istrinya, ia membawa ke ranjang untuk tidur bersama.

Saat mata Cintya terpejam masalalu itu kembali dibayangannya, ia mengepalkan tangan, seakan sudah siap menghantam siapa saja yang akan jadi pelampisannya.

Flashback on

Siang ini Satria pulang lebih awal dari kantor, tak hanya sendiri, ia pulang bersama sekertarisnya.

"Papah udah pulang?" Tanya Silvi setelah melihat suaminya duduk di sofa.

"Papah pulang sama sekertaris papah, ada apa ini pah?" Hati Silvi bergejolak, cemburu menaungi hatinya kini.

"Agrh, kamu tak perlu tahu,  yang harus kamu tahu, dia sekarang jadi istri ku!" Satria berdiri berhadapan dengan Silvi.

"Apa, istri, kurang ajar kamu menduakan aku, apa salahku pah!" Nada suara Silvi sudah meninggi.

"Kamu harus tahu,  sekarang dan selamanya kita gak ada hubungan apapun, kamu istri gak berguna, sekarang lihat, Cintya lebih muda dari kamu, lebih cantik, dan lebih sexy," Satria memuji penampilan sekertarisnya dihadapan Silvi.

"Halah, masa bodoh dengan wanita kotor seperti dia, wanita pe****r!"

PLAK...

"Argh, papah berani menampar saya, apa sebenarnya yang membuat papah seperti ini, apa karena dia hah!" Silvi menunjuk wanita dihadapannya itu.

"Berhenti kamu mencaci dia, dia bukan wanita kotor, bukan juga pe****r!"

"Mas, kenapa istri mas gak suka sama saya?" Cintya merengek.

"Jelas saya tidak suka dengan kamu, apa kamu pikir saya tidak punya hati, apa kamu pikir saya ini belum punya anak hah, lihat di kamar, lihat siapa yang tidur pulas di sana!" Silvi menarik lengan Cintya kasar.

"Aaarrghh, sakit lepasin tangan saya!"

"Silvi hentikan!" Satria mengejar Silvi yang berlari ke kemar anak-anaknya.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang