28. JANGGAL

18 16 33
                                    

    Hari semakin sore, Arham kembali ke rumah sakit tanpa hasil apapun, kini yang ada hanya harapan kosong bagi kesembuhan Albab. Tapi tak ada yang menyerah dihati mereka. Silvi terus berdoa, begitu juga Zaskia. Disa dan Ratna pun menatap sendu mata keluarga Albab.

"Tante, kalau tante lelah, biarkan Disa dan Zaskia yang menunggu Albab, tante lebih baik pulang dulu, nanti bergantian." Saran Disa.

"Iya nak,  kalau begitu tante pulang dulu, nanti malam tante kesini lagi." Silvi mengusap lengan Disa.

"Mamah jaga diri ya, Kak Arham anter mamah dulu ya,  sekalian kalau kakak mau mandi." Zaskia menghampiri Arham yang terlelap dikursi.

"Ha, emmm, iya."

Silvi dan Arham pulang di jam 15:35, badan lelah menunggu kepaatian kapan Albab akan sadar membuat Zaskia tak bersemangat.

Tiga pria berpakaian polisi datang menghampiri Disa,  Ratna dan Zaskia, polisi itulah yang menyelidiki kronologi kecelakaan Albab.

Bersamaan mereka datang, tak jauh sekitar 5 meter,  Bianka dan Olif datang bersama beberapa guru termasuk wali kelas Albab.

"Selamat sore, apa benar ini keluarga Albab?" tanya salah seorang polisi.

"Iya saya, bagaimana pak?" Zaskia mendekat.

"Saya hanya menyampaikan beberapa hal dari kecelakaan motor beberapa hari lalu, saya pun telah mengabari orang tua korban melewati ponsel yang kami ketemukan di tas milik siswa bernama Albab.

"Motor yang di kendarai Albab ternyata mengalami putus kabel dibagian rem," polisi itu berhenti menjelaskan.

"Gak mungkin, gak mungkin putus kabel, saya waktu itu diantar pulang ke rumah dan nyatanya saya baik-baik aja kan, kalau putus kabel,  saya pun akan ikut masuk rumah sakit sekarang, bapak pasti bohong!" Elak Disa.

"Tapi bagaimana ini terjadi sampai pada akhirnya ia keluar dari rumah anda, apakah saya yang salah saat meneliti?" polisi bernama Hendara Geraldin itu berkata sewot pada Disa.

"Pasti,  sudah pasti bapak salah, jika saya dan Albab berboncengan saat pulang sekolah, tapi tak terjadi apapun saat itu." Disa masih mengingat saat dimana Albab enggan masuk rumah dan memutuskan pulang secepatnya.

"Lalu apa yang benar,  pak, bapak jangan mempermainkan masalah serius ini!" Zaskia ikut nimbrung.

"Tenang Zaskia,  pasti ini ada kesalahan disalah satu pihak." Ratna mendekap Zaskia.

"Baik kalau itu sudah menjadi keputusan anda, saya dan pihak polisi akan terus menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, kami permisi dulu." Pak Geraldi menyalami Disa, Zaskia dan Ratna.

"Bagaimana mungkin ini terjadi?" Disa menatap punggung polisi itu.

"Dis dia siapa?" Olif baru berani membuka mulutnya setelah polisi itu pergi.

"Dia Zaskia adek Albab."

"Bapak sama ibu kemari juga?" Disa menyalami ke-4 guru dihadapannya.

"Iya saya sangat khawatir dengan kondisi murid saya, lalu bagiamana sekarang kondisinya?"

"Iya pak, kami pun masih menunggu, Albab belum juga sadarkan diri." Disa menoleh kearah pintu kamar dimana Albab berada.

""Apakah kita bisa melihat kondisi Albab, apa kita boleh masuk?" Tanya Bianka.

"Iya boleh tapi jangan banyak-banyak masuk ruangannya." Jelas Ratna.

Dokter telah mempersilahkan keliarga untuk menjengkuk Albab setelah Albab di pindahkan ke ruang rawat, dengan keputusan dokter yang menjahit lagi bagian belakang kepala Albab membuat Albab sudah bisa di pindahkan,  bahkan keluarganya pun sudah di persilahkan masuk, walaupun harus dua sampai tiga orang lebib dulu.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang