38. SAYANG PAPAH

16 9 39
                                    

Bagaimana merangkai sebuah kata menjadi cerita, hanya kehidupan lah yang mengariskan mau bagaimana kita kedepannya.

🐩🐩🐩

Untuk kalian para reader maaf atas ketidaknyamanannya, tapi di bab ini kalian harus siap2 tisu ya jangan sampai kebanjiran 😂🤗😁

By Author: Fitriyani
(Adiba Fadiyah)


pertemuan yang menyakitkan adalah perpisahan
Kebahagiaan yang mengasikkan adalah kebersamaan
Kala semua terukir begitu saja tanpa tahu batasan sinar senja

Erat hubungan kita menjadikan sebuah kisah terurai indah
Saat embun-embun menyaksikan kebisuan hati
Antara kita yang saling menyayangi
Namun kini ku percayakan kepadanya
Saat semua harus rela terbuang sia-sia

☺☺☺


Satria kini berada di kamar Albab, bahkan bukan hanya Satria yang ada di sana, malam ini ada Deffan, Vinky dan tentu saja pihak keluarga Albab sendiri.

Albab kini membuka matanya, tersenyum di balik luka yang ia derita.

"Hay Albab loe gimana kabarnya, gue harap loe cepet sembuh, ya gak Fan?" Vinky menepuk bahu Deffan di samping kirinya.

"Iya, tentu gue akan sembuh tapi satu hal yang gue minta kalau gue gak sembuh, loe berdua harus jagain adek gue, loe berdua sanggup?" Suara lemah Albab terdengar begitu menyayat.

"Albab loe ngomong apa sih,  jangan aneh-aneh kalau bicara," timpal Deffan, di setujui dengan anggukan dari Vinky.

Satria hanya menunduk belum mengatakan apapun saat ini.

"Ya gue gak tahu kapan gue sembuh jadi loe janji aja sama gue, dan satu lagi loe berdua juga harus akrab sama Arham, anggap aja teman sendiri," Albab memegang pergelangan Deffan.

"Iya pasti Al, loe jangan mikir macem-macem, ada gue sama yang lain pasti bakal semangatin loe terus kok," Vinky bergantian menjawab.

"Benar apa kata teman kamu Albab, malam ini juga papah berada di kamar kamu untuk menyampaikan permintaan maaf papah ke kamu, mungkin papah sudah egois memisahkan kamu dari saudara kandung kamu sendiri, memisahkan Arham dari ibu kandung nya sendiri tapi itu papah lakukan karena papah sangat membutuhkan sosok putra yang belum bisa Cintya berikan pada papah sampai saat ini." Satria menunduk malu dan sangat kecewa tak terasa air matanya menetes mengingat betapa kejamnya dirinya terhadap keluarganya sendiri.

Deffan dan Vinky hanya mendengarkan, begiru juga Arham, Zaskia dan Silvi.

"Papah tahu, papah bukan lah papah yang baik buat kamu, papah terlalu naif untuk mengakui kamu sebagai anak papah, maafkan papah Albab, maafkan papah," Satria mendekatkan kursi rodanya tepat di samping tempat tidur Albab.

"Arham, kemari, Nak." Panggil Satria.

Arham berjalan pelan menuju di depan Albab.

"Maafkan papah Arham, maafkan papah karena sudah tega memisahkan kamu dengan saudara kamu sampai bertahun lamanya, maafkan papah, Albab, Arham." Satria tertunduk malu karena kecewanya.

"Papah sudah tua jadi mohon maafkan papah, Albab," Satria menelangkupkan dua tangannya.

"Papah, papah tidak perlu meminta maaf sama Albab, cukup papah mengucapkan kata maaf karena bagi Albab papah adalah papah yang terbaik, terimakasih pah, terimakasih telah mendonorkan darah papah buat Albab, Albab sangat bersyukur," mata Albab mengerjam buliran air bening mengalir di sisi pelipisnya.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang