26. BERJUANGLAH ALBAB

14 13 18
                                    

Dirumah sakit,  Silvi,  Zaskia,  dan Arham kini duduk dikursi tunggu.

"Mah,  apa barang-barang milik Albab sudah diberikan?" Arham mengusap wajahnya gusar.

"Ada, ini ada ponselnya juga, tapi ponselnya mati mungkin karena batrainya habis atau juga terbentur aspal." Silvi mengeluarkan ponsel Albab dari tas sekolahnya.

"Sini mah,  Arham pinjam dulu."

Silvi memberikan ponsel Albab pada Arham,  Zaskia hanya menutup wajahnya cemas,  ia takut akan terjadi hal yang tidak baik pada Albab.

Arham beranjak meninggalkan Silvi dan Zaskia.

"Mau kemana?" Silvi berdiri dari duduknya.

"Sebentar mah, mamah sama Zaskia tunggu disini saja." Arham menoleh Silvi dan Zaskia.

"Zaskia sayang,  sini nak ini sudah malam,  kamu harus tidur, malam ini kamu mau pulang dulu apa disini saja?" Silvi mencoba menetralkan keadaan.

"Disini aja mah," Zaskia bersandar dibahu Silvi.

"Selamat malam,  bagaimana ini bu, apakah belum ada pihak keluarga yang mau mendonorkan darah kepada pasien?" Dokter Ali kembali menghampiri Silvi, ia menatap cemas karena tindakan yang harusnya di mulai sejak pukul sebelas malam kini tertunda.

"Aduh,  bagaimana ya dok, apa di rumah sakit ini benar-benar sudah habis stok?" Mata Silvi sudah nampak sayup.

"Iya,  saya sudah bicarakan hal ini pada putri ibu, Zaskia." Dokter Ali menunjuk arah Zaskia  duduk.

"Iya mah, maaf golongan darah Zaskia B,  waktu Zaskia tanya sama Kak Arham,  dia golongan darahnya O, sama seperti mamah kan,  jadi mungkin yang cocok adalah papah dari kakak, mah." Zaskia menangis.

"Ya allah,  bagaimana ini, dokter bagaimana jika dalam kurun waktu semalam ini Albab belum mendapatkan pendonor,  apakah dia akan baik-baik saja?" Cemas Silvi.

"Kita berdoa saja,  semoga pasien bertahan dengan kondisi saat ini,  karena saya juga sudah menjahit dibeberapa bagian kepala, lengan, dan kakinya, tapi darah dibagian tengkuk kepalanya masih saja mengalir, jadi saya harapkan untuk keselamatan pasien bisa di usahakan malam ini juga." Jelas Dokter Ali.

"Baik dokter,  saya akan mencoba menghubungi papahnya."

"Bagaimana ini nak,  mamah juga tidak tahu nomor baru ponsel papah kamu!" batin Silvi.

Di lobi rumah sakit,  Arham sedang mengetik nomor ponsel Disa,  Deffan dan Vinky, saat ponsel Albab sudah berhasil nyala karena daya batrai lemah, ia meminjam carger milik salah seorang resepsionis.

Tutttt... Tutttt...

Mendengar ponsel berdering setelah pengisian daya,  Disa langsung mengangkat telepon genggamnya.

Mendapati nomor baru disana,  Disa dengan cemas menanyakan siapa dibalik sebrang telepon.

Halo ini siapa ya?

Ini aku Arham,  Disa loe harus kesini cepat, Albab sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Kak Arham, dimana Kak Albab di rawat,  Disa mau kesana, Disa khawatir.

Nanti gue shareloc dari whatsapp,  tapi loe kesini jangan sendiri karena hari sudah hampir pagi,  atau loe besok pagi aja Kesini, jangan paksakan diri.

Enggak, pokoknya aku mau ketemu sama Kak Albab.

Oke kalau itu mau loe gue gak melarang, nanti gue kirim alamatnya.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang