43. KEHIDUPAN BARU

4 8 0
                                    

Karena bab nya akan segera tamat maka di cerita bagian 43-45 author percepat ya dan doakan semoga project ke dua yang berjudul ARGANATA berjalan lancar dan sampai tamat, yuk silahkan baca lagi.

Jangan lupa untuk selalu follow dulu sebelum membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak di kolom kometar

***

Sembilan belas tahun sudah berlalu, Cintya mendekam di penjara, setelah Arham melaporkan kasus pembunuhan berencana, membuat Cintya harus rela lumpuh karena kakinya yang tertembak berberapa tahun silam, membuatnya harus rela kehilangan satu kakinya.

Cintya kini berada di kursi roda, ia sudah bebas dan bisa menatap langit biru di luar ruang yang pengap.

Cintya menerawang jauh dan sangat jauh, ia meneteskan air mata penyesalan.

"Bagaimana keadaan anak-anak Silvi, saya begitu tega merengut kebahagiaannya, saya memang wanita yang kejam, saya tidak pantas untuk hidup, saya bahkan menghabisi nyawa suami saya sendiri!" Cintya berdialog dalam perjalanan meninggalkan kantor polisi, ia naik taxi untuk bisa segera sampai rumah Albab.

"Ya Allah, saya belajar banyak dari penjara, dan saya sangat menyesal telah melakukan ini semua, saya harus bisa meminta maaf pada anak-anak Silvi, semoga engkau mengampuni saya ya Allah." Cintya menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

Lampu merah kini menyala, Taxi berhenti tepat di garis warna putih, sebuah motor warna hitam berpadu hijau berada di sampingnya, ia mengenakkan helm full face sehingga tak ada yang bisa mengenalinya, tapi pria yang berada di atas motor menatap ke arah samping dan menyadari wajah itu.

"Cintya, dia sudah keluar dari penjara?" Arham menoleh sesaat lalu melaju dengan kecepatan tinggi, karena ia tak ingin Cintya tahu bahwa itu adalah dirinya.

"Semoga dia gak kenalin gue!" pekik Arham.

Arham menuju rumah barunya, bersama Zaskia karena mereka memutuskan untuk pindah rumah setelah rumah yang menjadi kenangan bersama Silvi sepakat untuk mereka jual.

"Semoga Cintya tidak menemukan alamat rumah baru gue dan Zaskia!" hati Arham berdebar seakan ketakutan akan masa lalunya yang pernah terjadi, ia sangat memahami sifat Cintya yang selalu membabi buta jika sudah marah.

Cintya kini sudah berada di pelataran rumah Arham dan Albab yang lama, tapi ia melihat seorang wanita sedang membersihkan taman depan, bahkan rumah yang bertahun lamanya kini sudah berubah menjadi rumah megah, karena pemilik rumah Albab yang baru sudah merenovasinya menjadi lebih eksotik.

"Permisi, apa Albab sama Arham ada di dalam?" Cintya enggan keluar dari Taxi karena ia sangat kesulitan untuk berjalan sendiri tanpa kursi roda.

"Maaf panjenengan sinten ngeh?" sapa wanita itu dengan ramah.

"Saya Cintya, saya mau ketemu sama Albab pemilik rumah ini," Cintya menunjuk-nunjuk rumah di hadapannya itu.

"Maaf ngeh, ting mriki sampun mboten wonten tiang asma ne Albab, niki sampun pindah tangan, tiang ingkang gadhah niki asmane Pak Danang Sudibyo, jadi silahkan ibu pergi dari sini," wanita itu menyuruh Cintya pergi.

"Kalau boleh tahu yang orang lama pindah kemana ya?" tanya Cintya lagi, saat ini ia sudah kehilangan ssmangat untuk mencari Albab.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang