31. TERSANGKA

23 11 26
                                    

Hari semakin sore, saat Satria sudah berada di ruang rawat untuk memulihkan tenaganya, Albab yang mendapat penanganan medis pun kini sudah tak pucat lagi, walau belum sepenuhnya sadar, tapi pendarahan di kepalanya pun sudah berhenti, karena dokter menjahitnya 40 kali.

Deffan dan Vinky juga sudah berada di rumah sakit menemani Silvi. Sedangkan Arham menjemput Zaskia dari sekolah.

Dari jarak sekitar 5 meter, Arham mencurigai dua orang pria bertubuh kekar yang memang sedari tadi, di lampu merah, Arham dibuntuti.

"Jangan-jangan mereka...?" Arham bertanya dalam hati, antara yakin dan tidak, Arham mengingat kejadian siang tadi bersama Cintya.

Dengan kecepatan penuh,  Arham melaju menuju sekolah Zaskia.

Di depan gerbang,  Zaskia sedang mengobrol dengan beberapa teman kelasnya.

Tinn... Tinnn... Terdengar suara klakson mobil Zaskia memalingkan wajahnya.

"Kak Arham udah jemput, gaes kita ketemu besok lagi, gue udah di jemput tuh sama kakak gue." Zaskia menaik turunkan alisnya.

"Iya, kenalin dong sama gue, kalau dia masih jomblo." Teman Zaskia menggoda Zaskia untuk mengenalkan Arham padanya.

"Ah, enggaklah..."

"Dek ayo buruan!" Arham membuka kaca mobil.

"Waw... Keren... Ganteng banget..." celetuk salah satu temannya.

"I-iya kak, Zaskia kesana." Zaskia berjalan sekitar 5 sentimeter dari Arham berada.

Zaskia melambaikan tangan ada ketiga temannya yang menunggu jemputan.

"Lama banget ngobrol apa sih?" Tanya Arham sembari manyun.

"Enggak, mereka bilang kakak ganteng, itu aja." Cengir Zaskia.

"Bisa aja godanya, ya udah ayo pulang,  kamu mau ke rumah dulu gak?"

"Boleh, Zaskia mau beberes dulu, udah lama juga Zaskia gak pulang." Zaskia mengingat kapan terakhir pulang, padahal baru tadi pagi ia pulang karena bersiap ke sekolah.

"Kak, Zaskia takut, Kak Albab..."

"Sudahlah, jangan mikir aneh-aneh, lagian papah juga udah memberikan darahnya, kamu senang kan?" Arham menoleh kearah Zaskia.

"Yang benar, papah udah mau berikan darahnya pada Kak Al?" Hati Zaskia girang mendengar ucapan Arham.

Ia berharap Albab akan segera sadar dan kembali memeluknya seperti dulu.

"Kamu rindu Albab ya, kok gak rindu gue sih, Dek?" Canda Arham.

"Rindu lah, kangen banget sama suara Kak Albab, tapi Kak Arham kenapa bilang Zaskia rindu kakak apa enggak, ya jelas kan kakak di sini, mana mungkin Zaskia rindu." Zaskia memeluk pinggang Arham.

"Iya deh, kakak paham kok, kakak kan baru di keluarga kalian, oh ya mampir ke rumah Disa yuk, mau?" Tawar Arham kemudian.

"Kak, meskipun kakak terlihat baru di rumah mamah, tapi Zaskia kan adek kakak juga, jadi jangan merasa Zaskia itu asing buat kakak,"

"Mau ke rumah Kak Disa, mau!" Zaskia melanjutkan bicaranya.

"Ya mau bagaimana pun kakak ini tetap pendatang, walau kakak seneng di rumah mamah, tapi Kak Arham juga merasa tak enak hati sama Albab."

Di perjalanan mereka tak berhenti mengobrol, Zaskia terus mencerna ucapan Arham yang membuatnya miris.

"Jadi itu alasan kenapa kakak bersikap dingin sama Kak Albab?" Zaskia kembali memberi pertanyaan.

PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang