Hujan

11 0 0
                                    

Pukul 11 malam, seseorang baru saja bangun dari tidur lelapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 11 malam, seseorang baru saja bangun dari tidur lelapnya. Walau begitu, kepalanya terasa pusing karena tidur terlalu lama. Entah sejak kapan ia tertidur karena seingatnya, ia masih mengedit beberapa bagian naskah ceritanya sebelum alam mimpi menjemput.

Buktinya, ponselnya tergeletak mengenaskan di sampingnya dengan baterai nyaris menyentuh satu persen. Kertas-kertas berserakan di lantai yang isinya hanya coretan naskah ceritanya.

Setelah mengumpulkan nyawa, ia mengecas ponselnya, merapikan kertas-kertas tersebut kembali ke tempatnya, dan berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. Membasuh muka dengan air yang dingin lalu berjalan ke dapur untuk membuat segelas teh manis hangat untuk menyegarkan pikirannya.

Dengan perlahan ia membuka jendela kamarnya dan sedikit usaha untuk manjat agar bisa keluar ke balkon kamarnya. Hujan sedang turun, membasahi bumi yang entah sudah berapa lama. Mungkin dari sore? Atau malah dari pagi?

Entah, dia tidak tahu sudah berapa lama hujan mengguyur kota tempatnya ia tinggal sebab terlalu lama berada di kamar. Bahkan untuk keluar ke balkon kamarnya pun enggan.

Deadline untuk menulis naskah cerita yang akan dikirim penerbit yang semakin dekat membuatnya tidak peduli pada lingkungan sekitarnya. Jangankan peduli pada lingkungan sekitar, untuk peduli pada diri saja enggan. Yang penting naskah cerita ini bisa dikirim tepat waktu. Hanya itu yang ia pikirkan.

Menyalakan sebatang rokok untuk menghangatkan badannya setelah semua kesadarannya terkumpul. Dengan menghembuskan asap tebal itu ke udara dingin, pikirannya menjelajah ke tempat lain.

Hujan yang mengguyur kota dengan gerimis rintik. Sebagian rumah yang sudah mematikan lampu kamar. Dan beberapa kendaraan yang lewat menimbulkan suara di tengah sepinya perumahan.

Baginya, hujan dan dirinya adalah perpaduan yang pas. Jika keduanya digabung, mereka bisa menghasilkan karya-karya indah yang dapat dinikmati oleh banyak orang.

Dingin.

Di musim hujan ini, udara sering kali dingin. Beda ketika musim kemarau datang dan hujan turun, biasanya udara tetap terasa panas. Maka dari itu, ia sangat suka ketika musim hujan datang.

Mengabaikan fakta bahwa beberapa orang tidak suka hujan karena sering kali dibilang bahwa hujan membawa kabar buruk. Ada yang rencananya gagal karena hujan. Ada yang ingin berduaan bersama pasangan menikmati kota di malam hari gagal karena hujan. Ada juga yang bilang bahwa hujan membawa musibah.

Sama sepertinya yang tidak suka dengan musim kemarau. Sering menimbulkan emosi ketika udara terlalu panas. Sering kali mengganti baju karena keringetan. Dan banyak alasan yang membuatnya tidak suka pada musim kemarau.

Tapi, tidak semua orang harus setuju dengan pendapatnya jika musim hujan menjadi musim kesukaannya, kan? Biarkan orang berpendapat apapun untuk musim kali ini. Biarkan ia menikmati waktunya.

Dengan doa dan harapan, semoga di musim hujan kali ini tidak terlalu banyak membawa kabar buruk. Di penghujung tahun, ia berharap semuanya baik-baik saja dan dihindari dari marabahaya yang sedang mengincar manusia.

-END-

A/n : perpaduan yang pas ketika hujan datang. Diketik di Bulan Desember 2021. Tolong jangan protes. Sebetulnya banyak cerita pendek seperti ini di draft, tapi biarkan aku mengumpulkan keberanian untuk update cerita-cerita tersebut. Jika aku update banyak cerita dalam satu waktu, berarti aku sedang berani. Mohon dimaklumi, ya?

Dan terima kasih karena masih setia untuk tetap membaca karya-karya ini. Aku sangat mengapresiasinya! 

Random ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang