Cantik

12 1 0
                                    

Malam itu, akan kuingat baik-baik. Kurekam dengan mata kepalaku sendiri, mendengar suara dengan telingaku sendiri dan menyimpannya di tempat yang paling kupercaya.

"Mamah datang, pakai pakaian putih bersih banget. Nengokin pas Om lagi sholat. Senyum pas lihat Om lagi sholat. Mamah juga datang pas Papah mimpin doa, di sampingnya, lagi duduk, senyum."

"Kak, Nenek didatengin Mamah sama Kakek lewat mimpi."

Malam itu, air mataku tidak bisa dibendung lagi. Bukan karena mendengar soal Papah atau soal apapun yang menjadi bahasan kita waktu itu.

Aku menangis karena rindu.
Aku bisa membayangkan seberapa cantiknya Mamah saat muncul dengan pakaian serba putih.
Aku bisa membayangkan seberapa cantiknya Mamah saat tersenyum.
Aku bisa membayangkan seberapa hangatnya senyum Mamah.
Aku bisa membayangkan seberapa lebar senyuman Mamah.

Aku bisa membayangkan semuanya dan itu yang membuatku menangis. Aku tidak bisa melihat itu secara langsung. Aku hanya bisa membayangkannya.

Mam, 41 hari telah berlalu.

Mamah baik-baik saja, 'kan di sana? Udah ketemu sama Kakek, Ayahnya Mamah?

Mamah yang tenang ya di sana, doain aku dari sana biar bisa menjadi anak yang berbakti kepada Papah dan sukses di masa depan. Doain ya Mam?

Tegur aku lewat mimpi jika aku berkelakuan tidak baik. Tegur aku. Aku akan menunggu Mamah di mimpi. Biar kita bisa ngobrol bareng lagi kayak waktu itu.

Selagi itu juga, Mamah tunggu aku ya di sana? Kalau udah waktunya, kita harus ketemuan biar bisa ceritain apa aja yang udah aku lewatin.

Mamah itu orang tercantik yang pernah kulihat. Dan posisi itu gak akna pernah tergantikan sama siapapun.

Aku sayang Mamah.

Random ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang