SEMESTA [1]

14 1 0
                                    

Katanya, Semesta sering memanggil anak-anaknya untuk mendengarkan berita di malam hari. Entah apa yang didapatkan tapi anak-anaknya tetap terbangun disaat orang lain tertidur nyenyak.

Langit selalu menjadi saksi tiap insan yang sedang mengadu pada Semesta. Langit yang selalu menjadi teman pada insan yang sedang sendirian.

Tapi, kali ini, apakah Langit akan benar-benar menemani temannya sampai akhir hayat?

Tapi, kali ini, apakah Langit akan benar-benar menemani temannya sampai akhir hayat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, kenapa gak tidur?" tanya seorang pria yang baru saja datang. Ia bergabung dengan seorang perempuan yang sudah sedari tadi duduk di lantai balkon, menikmati sebatang rokok yang sudah ia hisap setengah.

Pria itu punya nama Langit. Sebagai perwakilan saksi untuk menemani perempuan yang sudah menjadi teman hidupnya selama beberapa tahun. Sementara perempuan itu punya nama Ratu dengan nama belakang Semesta. Benar, Ratu adalah salah satu orang yang mendapat berkah dari Semesta.

Itu sebabnya, menjadi alasan mengapa Ratu ada di balkon sekarang.

Sebuah kecupan menghampiri kening Ratu sebelum akhirnya Langit duduk di belakangnya dan menarik pinggang perempuan itu. Membiarkan Ratu bersandar pada dada bidangnya.

"Nggak tahu," Ratu hembuskan asapnya yang tebal ke udara malam. Membuat sebagian udara dingin menjadi hangat akibat hembusan asapnya. "Kayaknya Semesta ingin memberitahuku sesuatu, tapi sampai detik ini aku belum mengetahui apa yang ingin disampaikan-nya. Kamu sendiri, kenapa bangun?"

Pria itu menaruh kepalanya di pundak Ratu. Membiarkan rasa kantuknya kembali mendatanginya. "Kasurku tiba-tiba jadi dingin. Kukira ada monster yang ambil milikku. Ternyata Semesta yang sedang memanggil milikku."

Perempuan itu tertawa pelan lalu mematikan rokoknya yang tersisa sedikit ke asbak. Ia mencecap bibirnya yang terasa manis dengan mata memandang lurus pemandangan kota tempat ia tumbuh.

"Udah yang keberapa hari ini?" tanya Langit dengan lirih saat dirasanya perempuan di pelukannya terdiam tiba-tiba.

"Kelima, kayaknya. Aku lupa. Tau sendiri kalau udah berhadapan dengan Semesta, aku suka lupa diri," balas perempuan itu, hendak mengambil sebungkus rokoknya kembali tapi tertahan saat bungkus rokok kesayangannya berpindah tangan.

"Maksimal lima, Ratu," pengingatnya.

"Aku inget, tapi satu lagi, ya? Asem."

"Asem dari mananya? Kamu baru abisin satu," Kilah pria itu.

Perempuan itu mendecak kesal, merasa terganggu dengan kehadiran Langit yang tiba-tiba mengambil alih benda kesayangannya. "Mau kamu apa deh? Kalau kamu ngantuk, tidur sana. Jangan ganggu aku yang lagi berduaan sama Semesta."

Pria itu tertawa pelan lalu memutar tubuh Ratu dengan pelan hingga mereka bertatapan. Dicuri kecupan ringan di bibir ranum perempuan itu. Sekali, dua kali. Yang ketiga kalinya disertai lumatan. Sebelum akhirnya, perempuan itu yang mengakhirinya.

"Tumben, biasanya kamu gak suka kalau aku abis ngerokok?"

"Daripada kamu ngerokok lagi, mending aku yang nemenin. Gak sakit, gak manis, gak ada rasa, tapi bisa bikin kamu melayang ke langit ke tujuh," ucap Langit yang membuat perempuan di depannya kembali tertawa.

Kemudian Ratu menangkup wajah Langit, mengusap pelan pipinya, lalu menempelkan hidung mereka dan menggerakkannya perlahan. Eskimo kiss.

"Boleh?"

"Apanya?"

"Ini," perempuan itu mengecup bibir pria di depannya. "Biar Semesta iri, sebagai hukuman karena telah membangunkan Ratu dari tidurnya."

Pria itu tersenyum sebelum memiringkan kepalanya, "Iya, biar Semesta iri."

-TBC-

a/n : Ini dibuat sekitar akhir Agustus 2021 dan baru rampung awal Oktober 2021. Seperti biasa ini hanyalah cerpen yang tidak lebih dari seribu kata. So, enjoy!

Random ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang