dua sisi

16 1 0
                                    

Terlalu takut untuk membuat sebuah hubungan.

Terlalu takut untuk memulai hubungan baru.

Terlalu takut untuk mengucap janji bersama.

Terlalu takut.

Takut.

Takut akan diri sendiri.

Takut akan masa lalu.

Sampai kapan akan dihantui masa lalu?

Sampai kapan berpikiran bahwa orang itu akan kembali?

Kalau iya? Kalau dia kembali? Apa yang akan kau lakukan?

Entah. Berdiam diri, mungkin?

Yakin?

Iya.

Berdiam diri saja tanpa melakukan apapun walaupun nanti dia menyakitimu lagi untuk ketiga kalinya?

Tidak. Aku akan melakukan sesuatu.

Lakukan apa?

...

Tidak bisa menjawabnya, ya? Kalau kamu dilecehkan, kamu yakin tetap berdiam diri?

Tidak. Tolong, berhenti. Bisa jadi, dia tidak akan kembali. Iya, 'kan?

Berhenti berpikiran positif. Pikiranmu terlalu polos.

Ingat tidak? Dia melakukan hal terbrengsek tahun lalu?

Tolong, berhenti.

Ingat tidak? Aku bertanya.

Berhenti. Kumohon.

Dia hampir melecehkanmu. Memaksamu untuk berbicara berdua di kamarmu, katanya. Ingat, 'kan?

...

Yang katanya agar tidak malu karena berbicara di teras rumahmu. Yang katanya biar bisa fokus berbicara berdua. Fokus apa? Fokus dan bebas melecehkanmu?

Stop. Tolong, berhenti. Please.

Ya, kutanya, kamu akan melakukan apa ketika dia kembali di hadapanmu? Meminta untuk diberi kesempatan—entah, ke lima, ke tujuh? Atau ke seribu? Untuk bisa melukaimu lebih dalam, karena sebelumnya gagal, 'kan?

Aku akan melakukan apapun agar itu tidak terjadi. Berhenti untuk memikirkan kemungkinan terburuk.

Aku berbicara kenyataan. Dia mampu untuk melakukan hal itu. Jika memang tidak terjadi, dia mampu membalikkan fakta. Dia mampu mengumpulkan massa untuk mendukungnya. Dia mampu melakukan hal itu. Bahkan mungkin mampu melakukan hal yang lebih parah dari itu.

Bisakah, berhenti?

Aku tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya. Terluka karena orang yang sama dan kebodohan yang sama karena ketidakmampuan mu untuk melarangnya masuk ke kehidupan.

...

Ingat, jangan pernah menganggap orang yang pernah mengecewakan kita adalah orang yang sama. Jangan pernah memberi kesempatan kedua—sekalipun kepada orang yang pernah mengecewakan kita.

Mereka itu bermuka dua, meminta rasa kasihan agar diberi kesempatan untuk melukaimu lebih dalam karena yang sebelumnya, meleset.

Iya.

Berhenti menyakiti diri sendiri. Kau berhak untuk hidup—kita.

Akan kucoba.

Berhenti mencoba, tapi lakukan. Muak mendengar panik yang terjadi ketika pikiran seperti ini muncul.

Muak. Tau?

Iya, tau.

Berhenti menyiksa diri sendiri, sebelum kamu membunuh dirimu sendiri.

Aku ingin bertanya satu hal, boleh?

?

Jika suatu saat, orang itu datang. Apa aku boleh meminta maaf?

Untuk apa—

Bukan, bukan meminta maaf padanya. Tapi meminta maaf padamu.

? Untuk?

Karena telah membunuhnya.

-?end?-

Random ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang