RUMAH & NAMA

10 1 0
                                    

Rumah.

Akhir-akhir ini, kata-kata itu selalu terngiang di kepalaku. Seusai seseorang menjelaskannya padaku, aku langsung memikirkannya.

Kata orang itu, rumah adalah sebuah bangunan yang bisa ditempati manusia dengan perasaan aman dan nyaman. Terkadang, rumah juga bisa menjadi tempat tinggal dalam jangka waktu lama dan bisa ditempati lebih dari satu manusia.

Aneh.

Begini, aneh maksudku itu, aku tidak mengerti kepada manusia yang tinggal bersama di bawah satu atap. Apa mereka tidak dimarahi 'kakak'?

Lalu, bagaimana isi dan bentuk rumah itu yang katanya bisa ditempati dengan perasaan aman dan nyaman? Bagaimana isi rumah yang hanya terdiri dari tempat kasur dan lemari mampu menjadi tempat perlindungan?

Aneh, kan?

Bahkan, aku mendengar isi rumah itu bisa menyalurkan kehangatan, rasa nyaman, dan rasa cinta.

Apalagi rasa cinta itu? Sebuah makanan? Atau benda? Tapi kalau berhubungan dengan rasa, biasanya tidak berbentuk benda, melainkan yang dirasakan oleh makhluk hidup sekalipun bentuknya non-fisik.

Aku bingung.

Kenapa penjelasannya berbeda sekali dengan pemikiranku?

Katanya, ruangan yang kutempati ini tidak pantas untuk dibilang sebagai rumah. Jadi… Aku tinggal di tempat apa ini?

Sementara 'kakak' selalu bilang padaku kalau ini--ruangan ini, adalah rumahku.

Tiba-tiba saja, muncul seorang laki-laki di sudut ruangan. Aku segera menarik diriku dari penjelajahan kepalaku sendiri ke alam nyata.

"Hades!" aku berteriak memanggil namanya. Senyumku langsung mengembang saat melihatnya.

Lantas, aku berdiri dari posisiku dan berjalan menghampirinya dengan suara rantai yang berbenturan mengiringi langkahku.

Hades--lelaki yang muncul di sudut ruangan--tersenyum. Kemudian, dia berjalan menghampiriku.

"Kenapa harus berdiri, hm? Nanti suaranya bisa terdengar sampai luar, loh," godanya seraya mengelus kepalaku.

Aku mencibir, "Mereka tidak akan mendengar. Lagian kamu sudah dua hari tidak kesini. Aku bosan!"

Hades terkekeh geli, "Maaf, aku ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan sejak dua hari yang lalu," Kemudian dia menatapku lekat-lekat, "Kau sudah makan?"

Lantas kugelengkan kepalaku sebagai jawabannya lalu menunjuk pintu yang menjadi satu-satunya jalan masuk ke ruangan ini. Tanpa kujelaskan, Hades menganggukkan kepalanya. Seperti paham mengapa aku bersikap seperti itu.

Katanya, katanya, dengar-dengar, katanya.

Kata-kata yang kusebutkan itu, yang kumaksud adalah Hades. Dia adalah sosok laki-laki yang tiba-tiba muncul di sudut ruangan dan memberitahu kepadaku tentang semua informasi yang tidak pernah kudengar sama sekali.

Hades mempunyai tinggi tidak jauh dariku. Tinggiku saja hanya berada di depan matanya, itu termasuk tidak jauh, 'kan?

Fisiknya bagus. Dia terlihat kuat walau dengan wajah pucat dan tangan sedingin es. Rahangnya yang tegas terlihat cocok dengan matanya yang setajam elang dengan iris mata berwarna hitam kelam.

Hades senang memakai pakaian serba hitam. Ketika kutanyakan mengapa dia senang memakai pakaian serba hitam, dia tidak menjawab melainkan tersenyum dan mengalihkan topik pembicaraan. 

Hades sangat memahamiku, entah bagaimana caranya, tapi itu yang dilakukannya. Tanpa mengatakan apapun, Hades langsung menganggukkan kepalanya tanda jika dia mengerti.

Hades bilang, jika waktunya telah tiba, dia akan mengajakku berjalan-jalan keluar dan memperkenalkan semuanya padaku. Selama apapun yang kumau, dia akan menurutinya. Tapi itu sudah terhitung dua tahun semenjak Hades mengatakan hal itu padaku.

Tiba-tiba suara kunci yang dibuka membuat kami berdua menoleh. Kutatap Hades dengan penuh harap.
Berharap dia akan membawaku pergi bersamanya, kemanapun dia melangkah.
Berharap, jika aku bisa terus berada di sisinya.
Berharap, setidaknya aku punya waktu satu jam untuk berduaan dengannya.

Namun, harapanku sirna ketika Hades hanya membalas tatapanku dengan senyuman hangat.

Tangan dinginnya bergerak untuk mengelus pipiku. "Tenanglah, Ratuku. Aku pasti akan membawamu. Sampai saat itu, tunggulah." Kemudian dia mengacak-acak rambutku seraya tersenyum untuk menenangkanku.

Pintu terbuka secara tiba-tiba, menimbulkan suara kencang yang membuatku langsung menoleh ke sumber suara karena terkejut.

"Objek 101 kembali berulah! Yellow Alert! Yellow Alert!"

Kualihkan pandanganku pada tempat Hades berdiri. Tapi dia sudah tidak ada. Menghilang entah kemana. Seperti yang selalu dia lakukan setiap 'kakak' itu datang.

"Objek 101, angkat kedua tanganmu!"

Kuangkat kedua tanganku sesuai kemauannya. Aku tidak ada niat untuk mengelak.

"Hades tadi datang berkunjung!" Seruku seraya mati-matian menahan diri untuk tidak meloncat kegirangan.

"Objek 101 kembali berhalusinasi. Izin untuk melakukan prosedur seperti biasa untuk mengembalikan kondisinya seperti semula. Ganti."

Mereka berbicara seakan-akan aku tidak ada di sana atau aku tidak mengerti percakapan mereka. Namun, aku tidak bisa memberontak.

Toh aku memang tidak pernah dianggap ada. 

Tidak lama kemudian, asap putih muncul dari sudut ruangan. Suaranya yang berdesis mengiringnya. Secara perlahan, memenuhi ruang yang berukuran kecil itu hingga akhirnya terhirup oleh penciumanku.

Aku harus terbiasa seperti ini. Tiap kali Hades muncul, mereka akan datang secara tiba-tiba untuk mengganggu kegiatanku. Dan tiap itu juga, Hades menghilang.

Aku menyadari satu hal, dari kedatangan awal Hades sampai detik ini. Semakin sedikit waktu yang kupunya untuk berbicara dengannya.

Padahal, dengan adanya kehadiran Hades. Aku mampu merasakan kehangatan di ruangan ini. Perlahan, aku juga mengerti apa maksud yang sebenarnya dari 'rumah'.

Sebelum kesadaranku menghilang, kutatapi lagi posisi Hades muncul. Berharap dia akan muncul lalu membantuku keluar dari sini. Namun, tidak ada apa-apa sampai akhirnya, semua penglihatanku menggelap.

Yah, setidaknya aku bertemu dengannya hari ini. Aku sedikit lega karena tahu dan yakin kalau Hades tidak pernah meninggalkanku.

Objek 101 adalah nama yang diberikan 'kakak'. Itu namaku semenjak aku membuka mata di ruangan ini.

Hades sempat bilang, kalau itu bukanlah nama. Namun sebuah kata-kata yang dilabeli ke orang-orang sepertiku untuk bahan percobaan. Dan sungguh, aku baru mengetahui hal ini sekarang. Aku… sedikit kecewa.

Manusia apa yang melabeli manusia lainnya hanya karena dia bahan percobaan? Tapi aku bingung, bahan percobaan dari mananya? Aku hidup biasa-biasa saja di sini.

Sebelum akhirnya Hades datang dan membuat 'rumah'ku hangat. Membuatku setidaknya, mengerti apa arti 'rumah' yang sebenarnya walaupun hanya sedikit.

Aku senang mengetahui bahwa Hades juga memberikanku sebuah nama yang lebih layak untuk dipanggil. Bagiku, itu adalah hadiah terindah yang pernah Hades berikan padaku. Hades bilang, nama ini sangat cocok denganku dan nama itu sangatlah spesial. Tidak sembarangan orang bisa memakai namanya karena pengaruhnya sangat kuat.

Hanya jika Hades memberikan izin, atau dia sendiri yang memberikan nama itu.

Tak sadarkan diri merupakan kesenanganku. Karena aku mampu mengucapkan nama pemberian Hades setiap saat.

Persephone.

-The End-

a/n : endingnya kalian yang menentukan

Random ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang