Happy Reading 🧡
Terimakasih yang udah mau bertahan baca kisah ini meski gak serame kisah-kisah author lain😍
Lope you banyak-banyak❤️👀
***
"Udah dong, Jah. Jangan nangis terus!" pinta Resta seraya mengulurkan beberapa tisu ke hadapan Iza.
"Gue bego banget ya, Res. Gue selalu mengharapkan sesuatu yang sama dan dengan orang yang sama," lirih Iza terisak hebat.
Air matanya terus luruh membasahi pipi, sampai-sampai banyak tisu yang berserakan di kamar Resta. Iza bukanlah orang kuat, dia cengeng, gadis itu mudah sekali menangis.
"Kan udah gue bilang, jual mahal dikit kek! Lo nya malah terus-terusan Welcome ke Fino, terus kalau kayak gini siapa yang sakit? Gue? Enggak lah!" omel Resta yang masih dengan aktivitasnya, mengulurkan tisu-tisu untuk menyeka air mata Iza.
Iza menendang meja di depannya dengan kasar. "Kok lo malah ngomelin gue, sih? Gue lagi sedih, bukannya nenangin juga!" Iza malah berbalik mengomeli Resta.
"Bodo amat, habis ini kalo Lo masih Welcome sama tuh anak terus sakit ati lagi, kalo nangis jangan lagi ngabisin tisu gue, beli sendiri!" tukas Resta penuh penekanan pada kata 'beli sendiri'.
Iza menyedot ingusnya yang akan keluar lalu memandangi sekitarnya yang sudah di penuhi tisu-tisu bekasnya. "Ya, maaf. Orang cuma tisu juga!"
Resta nyengir kuda, temannya yang satu ini kalau sedih itu setengah-setengah kayaknya. "Ya, makanya kan cuma tisu, kalau sakit ati lagi beli sendiri. Gue ke dapur dulu, gue bikinin susu dulu, biar rileks tuh badan Lo," ujar Resta tanpa memberi penjedaan sedikit pun dalam kalimatnya.
Iza mengangguk. "Iya, makasih."
Resta berjalan keluar dari kamarnya. Sementara Iza sudah mulai tenang, tidak lagi menangis seperti tadi saat dirinya baru tiba di sini. Tangisannya memang sudah reda, tapi hatinya masih belum.
Hatinya berkata 'ayo lanjut, kalau kamu benar-benar cinta'. Sedangkan otaknya berkata 'berhenti aja, kamu sudah sering berjuang'.
DRTTT
DRTTT
DRTTTHandphone Iza lagi-lagi berdering dengan pemanggil yang sama, 'Alfino Jeyekk🐑💘'.
20 panggilan tidak terjawab tertera di handphonenya. Iza menonaktifkan ponselnya dan memasukannya ke dalam tas. Kini, ia benar-benar tidak ingin berinteraksi dengan cowok itu. Ia tidak mau luluh kembali dalam pesonanya, seakan-akan Iza dihipnotis dengan segala sikap baik dan hangatnya.
Ceklek
Iza refleks memandangi pintu saat mendengar suara pintu terbuka.
"Noval?"
Noval mengangkat sudut bibirnya seraya menutup pintu kamar. Cowok itu mendekat dengan masih mengenakan seragam SMK nya.
"Lagi sakit hati?" tanya Noval dengan santai. Noval duduk bersebelahan dengan Iza.
Iza menggeleng bohong. "Enggak, siapa yang sakit hati," jawabnya sembari mengucek-ucek matanya agar tidak kelihatan jika dirinya habis menangis. Padahal terlihat jelas matanya memerah sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFINO (TAMAT)
Teen Fiction"Kalau gue kalah, Lo taruhannya." "Gak papa, jadi kamu harus menang demi aku." Just Fiksi🌻 #1 - ALFINO (16 Des 2021) #1 - Rumit (20 Feb 2022) #2 - Rumit (27 Feb 2022) #3 - Rumit (28 Feb 2022) #5 - Rumit (14 Mar 2022) #4 - IPS (09 Jul 2022) #3 - IPS...