07. Trauma

1.5K 245 59
                                    

Telah Di Revisi✓
Maret 2023

Happy Reading

Udara malam yang dingin serta langit malam yang mendung tanpa Bulan dan Bintang, menemani dua insan yang untuk pertama kalinya berbicara berdampingan bersama. Mereka yang di definisikan sebagai Gelap dan Terang.

Fino dan Iza saat ini tengah duduk di kursi dekat kolam. Sepertinya akan hujan, terlihat jika kilatan putih itu semakin menjadi-jadi.

Mereka diam, tak ada yang memulai pembicaraan seperti halnya dua patung pajangan. Iza terus menerus melirik Fino yang berada tak jauh di sampingnya, rasa gugup menggerogoti dirinya. Ternyata begini rasanya duduk berdua bersama Fino.

Arghhh mau salto rasanya!!!

"Fino." Iza memberanikan diri untuk memulai percakapan, meski jantungnya ini akan berdebar, gawat jika smartwatch miliknya mengatakan keadaan Iza yang sebenarnya.

"Hm?" Fino menatap Iza dengan tatapan datar. Mereka sempat eye contacts, namun Iza buru-buru memalingkan wajahnya, gawat-gawat!!!

"Emm, tolong pikirin lagi, ya? Aku gak mau berakhir sama mereka. Ini menyangkut harga diri aku, please!" Iza menyatukan ke dua tangannya, ada nada memohon dari kalimatnya tadi.

Fino menghela nafas pelan, ia menyodorkan kakinya yang masih di perban ke hadapan Iza. "Lo gak liat gue cidera?"

Iza melihatnya dan ia tahu, tapi tanpa Fino SMA Cakrawala tidak akan menang. Jalan satu-satunya hanyalah Fino.

"Tapi_"

"Meski ikut, gue tetep gak bisa main maksimal. Tetep kalah juga," balas Fino, kembali menarik kakinya.

Perubahan raut Iza menandakan jika ia benar-benar kecewa dengan keadaan ini, ia bahkan tidak bisa kecewa dengan Fino. Iza menyalahkan keadaan bukan Fino!

Matanya berkaca-kaca hendak menangis, namun sekejap kemudian, petir menyambar disertai hujan deras dan juga lampu di rumah Fino seketika padam.

Hal itu sontak membuat Iza susah bernafas, smartwatch miliknya berbunyi cepat menandakan jantungnya tidak normal. Suara petir menyambar memperparah keadaan Iza saat ini.

"Lo kenapa?" Fino yang menyadari ada kejanggalan dengan Iza, ia bergegas mendekatinya.

"Ak—aku takut, kamu di mana? Kenapa ge—lap banget." Suara deru nafas dan isakan yang tertahan itu semakin jelas memperlihatkan jika Iza sedang tak baik-baik saja. Iza benar-benar susah bernafas untuk saat ini.

Fino meraih dan memeluknya, membawa kepala gadis itu ke dadanya. "Gue di sini."

"Ja—jangan pergi..." Keringat bercucuran di dahi Iza dan Fino bisa merasakannya.

"Gue gak pergi..." Entah dorongan dari mana, cowok itu malah mengusap surai halus gadis di dekapannya ini. Tidak berniat menyalakan senter hp karena kebetulan dia tidak membawa hpnya.

"Ja—jangan pergi, Meira! Jangan pergi, di sana gelap!"

Alis Fino terangkat sebentar ketika Iza menyebutkan nama Meira dalam takutnya. Bibirnya bergetar dan terus menyebut nama Meira.

ALFINO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang