35. Ice Cream dan Gitar

701 121 85
                                    

Happy Reading 🧡💐

Semoga ada yang nungguin ini up ya🙂

Makasih yang masih bertahan buat baca cerita ini, thank you so much😚✔️

***

"Asik, beli Ice Cream! Kita beli Ice Cream di tempat Favorit aku, ya?" teriak Iza dengan girang dan dengan cepat memakai helm yang baru saja disodorkan Fino.

Fino memandangi Iza sambil geleng-geleng kepala. Dalam sekejap, Ice Cream bisa merubah suasana hati Iza, meski Fino butuh pengorbanan demi bisa berbicara dengan Iza kembali seperti ini. Bentuk pengorbanan itu adalah mengizinkan Rafa tinggal di rumahnya sejak 3 hari yang lalu.

"Eh, mau ngajak Rafa, gak?" Setelah duduk anteng di boncengan Fino, tiba-tiba saja Iza menyebut nama yang sama sekali tak ingin Fino dengar.

Tak ada jawaban, Fino segera menyalakan mesin motornya kemudian melajukannya dengan kecepatan tinggi. "Lo kalau pergi sama gue gak usah sebut nama cowok lain."

Iza menghela nafas kasar, bibirnya juga turut mengerucut. "Huh, iya!"

Hening lama, membuat Iza tidak tahan untuk tidak memancing pembicaraan dengan Fino.

"Kamu kenapa gak pakai motor yang udah aku bawa pulang?" Pertanyaan itu membuat Fino melirik ke arah spion sekilas lalu menghela nafas pelan.

"Males," jawabnya singkat.

Iza menghela nafas kecewa. "Padahal aku udah bela-belain dapetin motor kamu sampai bikin kericuhan di dalam bar."

"Siapa suruh?"

Iza menggeleng pelan. "Gak ada."

"Yaudah."

Iza memejamkan matanya sejenak, mendengar jawaban Fino yang nyatanya lebih pedas dari cabai. Singkat, tapi nyelekitnya kebangetan.

Mereka berhenti di kedai Ice Cream pinggir jalan yang katanya adalah Favorit Iza itu. Meski berada di pinggir jalan, tempatnya kelihatan artistik dan juga banyak pengunjungnya, membuat mood Iza naik berkali-kali lipat.

"Pesen aja."

Iza mengangguk antusias. "Kamu rasa apa, Fin?" tanya Iza sebelum benar-benar pergi untuk memesan.

"Samain."

Iza mengangguk. Gadis itu berjalan dengan antusias menuju kasir pemesanan sementara Fino mengambil tempat duduk.

"Dua Ice Cream rasa milk strawberry ya, Mas." Iza tersenyum manis pada laki-laki muda penjaga kasir, efek dari rasa senangnya yang berlebihan.

"Kenapa gak rasa cintaku padamu aja, Mbak?" godanya cengengesan, meski tampangnya cukup ganteng, Iza tidak akan tergoda dengan godaanya yang menurutnya receh.

"Jangan gitu dong, Mas." Iza tersenyum tidak ikhlas.

Seseorang tiba-tiba memegang pergelangan tangan Iza dari belakang. "Buat aja pesanannya, jangan godain cewek saya." Fino berkata kepada penjaga kedai dengan sinis.

"Ah, ceweknya? Cuma becanda, jangan di ambil hati, Mas!" Laki-laki itu cengar-cengir sendiri, merasa malu dengan apa yang tadi ia perbuat.

Fino menggeret Iza untuk kembali ke tempat semula. "Aku cewek kamu?" beo Iza sekaligus bertanya tentang kalimat yang belum lama tadi Fino ucapkan.

"Hm?"

"Beneran, aku cewek kamu, Fin?" tanya Iza sekali lagi penuh penekanan.

Fino berdeham pelan. "Gue cuma ngomong sama dia, biar gak selalu godain pelanggan cewek," jelas Fino membuat senyum Iza perlahan pudar.

ALFINO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang